Â
Bila kita melewati kawasan Tanjung Priok, pandangan kita tak akan lepas dari tumpukan peti kemas atau container. Baik yang telah diperiksa maupun baru tiba dari luar negeri atau luar pulau melalui pengiriman melalui jalur laut.
Mengapa kawasan di bagian Utara kota Jakarta ini disebut Tanjung Priok?
Konon kabarnya dulu banyak ditemukan periuk, dan karena letaknya secara geografis berupa tanjung, maka kemudian dikenal dengan nama Tanjung Priok.
Selain didominasi oleh kantor-kantor yang terkait dengan pelayaran, di Tanjung Priok terdapat sebuah bangunan cagar budaya, yakni stasiun Tanjung Priok.
Ada dua masa pembangunan stasiun Tanjung Priok. Yang pertama pada tahun 1885 yang berfungsi untuk mendukung distribusi barang komoditas dari dan ke pelabuhan.
Namun karena adanya perluasan pelabuhan, stasiun ini digusur, dan baru dibangun lagi pada masa ke dua yaitu tahun 1925 dengan desain arsitektur art deco yang indah, menjiplak dari arsitektur stasiun di Amsterdam, Belanda. Selain berfungsi untuk distribusi barang, stasiun Tanjung Priok yang semula hanya memiliki dua jalur, dikembangkan untuk transportasi kereta api komuter atau kereta api listrik dengan trayek Tanjung Priok - Jakarta Kota. Dulu pernah terdapat trayek hingga ke Mester Cornelis, atau Jatinegara, sekarang.
Stasiun Tanjung Priok ini masih berfungsi hingga sekarang. Melayani distribusi barang dan komuter Tanjung Priok - Ancol - Kampung Bandan - Jakarta Kota.
Karena jumlah penumpang tidak terlalu padat, maka trayek Tanjung Priok - Jakarta memiliki jadwal tiap 30 menit.
Selain untuk perkereta apian, stasiun ini juga memiliki area parkir, mushola, toilet, ruang laktasi.kantor, dan area komersil.
Ada bagian dari stasiun yang pernah difungsikan sebagai hotel, namun kini hanya difungsikan untuk tempat istirahat masinis.
Pada sebelah kanan dan kiri stasiun terdapat sebuah bangunan hall yang cukup luas. Semula untuk tempat tunggu bagi orang Eropa dan bangsawan / ningrat, sedangkan bagian satunya lagi untuk calon penumpang umum.
Kini kedua hall ini sedang direvitalisasi untuk dijadikan kafe, termasuk bangunan di lantai dua dan rooftop yang dapat melihat pemandangan indah kawasan Jakarta Utara, khususnya di sekitar Tanjung Priok.
Di lantai dua ini juga terletak dapur untuk mebyuplai makanan ke lantai satu. Untuk praktisnya, pelayan tidak perlu naik turun tapi makanan dikirim melalui lift.
Selain itu juga terdapat bunker atau ruang bawah tanah, yang dulu berfungsi untuk gudang dan jalur khusus menuju ke pelabuhan.
Memang untuk berkendara menuju kawasan Tanjung Priok membuat kita malas, karena tingkat kemacetannya yang parah. Namun bila kita hanya ingin melihat cagar budaya ini, kita cukup naik komuter jalur Jakarta Kota - Tanjung Priok. Jadi tak perlu bermacet ria.
Saya be ersama tiga peserta dari Koteka dan pilihan peserta Giveaway Wisata Kreatif Jakarta telah sempat mengunjungi stasiun Tanjung Priok pada gari Rabu, 8 Oktober 2025 dipandu oleh Ora Lathief dan Muthia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI