Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Festival Cheng Beng

23 Maret 2022   12:47 Diperbarui: 23 Maret 2022   12:51 1382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cheng Beng (sumber: radarcirebon.com)


Pada tahun 2022 festival Cheng Beng dilakukan antara tanggal 21 Maret hingga 5 April 2022. Festival Cheng Beng adalah berupa ziarah kubur leluhur atau orang tua. Bagi anggota keluarga yang meninggal dunia dan dikremasi, acara ziarah kubur digantikan dengan mengunjungi rumah abu tempat abu jenasah dititipkan atau ke pantai tempat abu jenasah dilarung.

Apa yang dilakukan saat ziarah kubur? Ada dua kegiatan yaitu membersihkan pusara, membersihkan batu nisan dan mencabut tanaman liar yang tumbuh di pusara, yang kedua meletakkan kertas warna warni yang ditindih batu sebagai tanda sudah mengunjungi makam.

Pada beberapa keluarga yang masih memegang teguh ritual tradisional biasanya masih melakukan acara sembahyang dengan sajian makanan yang disukai leluhur dan buah-buahan. Buah yang biasanya tersaji adalah jeruk, delima, apel, pear dan anggur.

Dahulu kala, ziarah kubur hanya dilakukan kalangan bangsawan dan istana saja, karena hanya kaum bangsawan dan istana saja yang meninggal dunia dan dimakamkan di pemakaman khusus.

Festival ziarah kubur ini dimulai sejak Liu Bang naik tahta setelah menjalani peperangan yang sangat lama sejak akhir masa kekuasaan dinasti Chin. Setelah naik tahta, Liu Bang mengunjungi kampung halamannya bermaksud mencari makam ayah bundanya. Namun akibat peperangan yang sangat lama dan menyengsarakan rakyat, akibatnya kondisi makam di kawasan pemakaman tak terurus, hingga Liu Bang tak menemukan makam orang tuanya. Liu Bang lalu memerintahkan para prajuritnya untuk memeriksa setiap batu nisan yang ada untuk mencari makam orang tuanya. Setelah mencari kesemua penjuru pemakaman, para prajuritnya kembali dengan tangan hampa, batu nisan yang dicari tidak ketemu. Dalam suasana putus asa, Liu Bang merobek kertas lalu menebarkan potongan kertas agar ditiup angin. Liu Bang lalu berujar bahwa bila ada kertas yang diam tak bergerak meski ditiup angin, itulah makam orang tuanya. Rupanya upaya Liu Bang berhasil, ada sepotong kertas yang menempel pada sebuah batu nisan dan setelah diperiksa ternyata benar tertera nama orang tuanya.

Liu Bang lalu membersihkan makam itu dan memperbaikinya. Semenjak itu rakyatnya mengikuti kebiasaan rajanya untuk mengunjungi makam orang tuanya sebagai tanda bakti. Khususnya sejak dinasti Han tradisi ini makin berkembang.

Kebiasaan ini menjadi tradisi sampai sekarang dan disebut sebagai festival Cheng Beng, atau ziarah kubur. Festival ini termasuk salah satu festival yang selalu dirayakan tiap tahun bersama dengan Imlek, Kue Bulan, Ronde dan Bakcang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun