Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi Pra Lebaran dari Megengan hingga Dugderan

7 April 2021   16:55 Diperbarui: 7 April 2021   17:12 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mimi (sumber: pri.org )

Selain ketiga mainan tersebut juga dijual mainan kekinian yang sudah menggunakan baterai. Juga barang-barang kebutuhan Lebaran lainnya, seperti pakaian (baju koko, sarung, jilbab) dan kue-kue kering. 

Sebelum berjangkitnya pandemi Covid-19, pembukaan Dugdheran selalu dimeriahkan dengan pawai budaya dari kantor Walikota Semarang dan berakhir di masjid Kauman. Pada pawai Dhugderan ini diarak warak ngendhog raksasa yang diiringi penari. Pasar rakyat ini hanya buka pada malam hari. 

Puncaknya pada awal Puasa atau awal bulan Ramadhan, dimana dibunyikan bedug dari masjid Kauman, yang diiringi dengan disulutnya meriam dan petasan untuk menandai dimulainya bulan Ramadhan. Suara bedug diambil "Dug" nya, sedangkan kata "dher" diambil dari suara petasan, maka muncullah nama Dugdheran.

Tradisi Dugdheran ini sudah ada sejak tahun 1800-an saat Indonesia masih dijajah Belanda dan terus berlangsung hingga hari ini. Inilah tradisi yang masih berlangsung di pulau Jawa, bagaimana tradisi di daerah Anda? Selamat menyambut datangnya bulan Ramadhan yang tinggal beberapa hari lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun