Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bila Tugas ke Cirebon, Kebanyakan Gunakan Kereta Api

4 November 2020   19:59 Diperbarui: 4 November 2020   20:08 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Tunggu Stasiun Gambir (sumber: jalanjalanenak.com )

Meskipun jarak Tangerang Selatan ke Cirebon cukup dekat dan sudah ada jalan tol Cipali, namun saya lebih senang memilih menggunakan moda kereta api.  Mungkin karena trauma kemacetan total sebelum adanya tol Cipali sehingga pernah membuat saya sempat mengantuk saat mengendarai mobil sehingga hampir mengalami kecelakaan lalu lintas di tol Tangerang -Cikampek.

Jadi bila mendapat tugas ke Cirebon, saya selalu mencari tiket kereta api secara daring. Biasanya saya menaiki kereta api Cirebon Express atau Argo Jati. Biasanya satu jam sebelum jadwal keberangkatan kereta api saya sudah berada di ruang tunggu, sekalian sarapan pagi karena malas sarapan di rumah.

Di sekitar ruang tunggu stasiun Gambir tersedia beberapa rumah makan, hanya yang buka pada jam pagi terbatas, belum selengkap bila diatas jam 8 pagi. Padahal saya harus memilih kereta api paling awal karena harus rapat dari pagi hingga sore di kantor cabang, agar sore harinya bisa langsung pulang ke Tangerang Selatan.

Perjalanan dengan kereta api biasanya sekitar tiga jam jadi bila berangkat jam 6.00 sudah tiba di Cirebon jam 9.00, lalu dijemput sopir kantor cabang sehingga jam 10.00 sudah bisa mulai rapat hingga jam 17.00 karena saya harus pulang dengan kereta api jam 18.00 dari stasiun Parujakan Cirebon ke Gambir lagi. Tiba di Gambir jam 21.00 perjalanan ke rumah sekitar satu jam sehingga jam 22.00 sudah dapat tiba di rumah.

Tips bagi yang ingin sarapan di perjalanan, saya lebih memilih sarapan di rumah makan yang harganya standar daripada rumah makan yang tarifnya tidak jelas.  

Di rumah makan yang harganya standarpun sudah sedikit lebih mahal daripada harga di luar stasiun atau bandara ada semacam tambahan surcharge. Namun harga ini sudah lebih baik daripada makan di rumah makan yang harganya tidak standar. Misal saya membeli nasi goreng di mall Rp. 30.000,- harga di stasiun bisa Rp.35.000,- masih wajar lah.

Saya juga menghindari makan di dalam kereta api, karena cita rasanya yang biasa-biasa saja, dan harganya mahal. Kecuali saat pulang dari wisata di Puwokerto ke Gambir, rombongan bisa memesan makanan khusus cita rasanya terjamin dan harga pantas. Saat perjalanan pulang saya juga memilih makan di sekitar stasiun atau stasiun, apalagi tersedia kuliner khas Cirebon seperti empal gentong dan nasi lengko meski cita rasa tidak senikmat gerai yang terkenal di kota Cirebon.

Memang kalau dari kalkulasi ekonomi, harga makanan atau jajanan di perjalanan pasti lebih mahal bila dibandingkan makan di rumah. Namun saya lebih memikirkan segi praktisnya. Bila sarapan di rumah saya harus makan pagi terlalu awal, bisa sekitar jam 4.00, sedangkan pulang makan malam terlalu lambat dan kurang sehat makan langsung tidur. Dengan makan pagi dan makan malam di stasiun, saya bisa menikmati makan pada jam normal.

Untuk penggunaan moda pesawat udara, saya juga menggunakan cara yang sama. Makan pagi dan makan malam di bandara waktunya lebih nyaman, meski dari sisi harga sedikit lebih mahal.

Demikian pengalaman saya makan atau jajan di perjalanan, bagaimana dengan Anda?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun