Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memahami Sembahyang Arwah "King Hoo Ping"

20 September 2020   19:09 Diperbarui: 20 September 2020   19:21 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
King Hoo Ping (sumber: solo.tribunnews)

Pada akhir bulan Agustus atau awal September hampir semua kelenteng atau yayasan rumah abu di kota-kota di seluruh Indonesia, seperti Semarang, Solo, Surabaya, Tuban dan lain-lain merayakan acara sembahyang arwah yang kini lebih populer dengan istilah "King Hoo Ping".

Pada waktu penulis masih kecil, penulis mengenalnya dengan istilah "sembahyang rebutan". Karena setelah upacara sembahyang selesai, makanan yang ada di altar sembahyang dipersilakan untuk diperebutkan oleh warga yang tinggal disekitar kelenteng atau yayasan rumah abu.

Pada tulisan ini hanya akan dituliskan upacara sembahyang arwah yang cukup unik karena menghadirkan tokoh lintas agama. Upacara ini diadakan di yayasan rumah abu atau yayasan sosial Boen Hian Tong Semarang.

Upacara "King Hoo Ping" adalah sembahyang untuk menghormati arwah leluhur yang telah meninggal dunia. Baik untuk keluarga, kerabat,sahabat maupun tokoh masyarakat yang telah berjasa.

Yayasan Boen Hian Tong ini terletak di kawasan Pecinan (Chinatown) kota Semarang. Uniknya acara di yayasan Boen Hian Tong ini dihadiri tokoh agama lintas agama. 

Upacara dimulai dengan doa kepada Tuhan atau Thian di depan pintu utama yang menghadap langit oleh para Pengurus. Lalu doa di depan altar utama tempat diletakkan papan arwah (sinci). Dan di yayasan Boen Hian Tong ini terdapat papan arwah mantan Presiden RI ke empat H. Abdurrachman Wahid (Gus Dur) yang juga dikenal sebagai Bapak Tionghoa Indonesia. Dan ini satu-satunya papan arwah Gus Dur yang terdapat pada yayasan sosial milik orang Tionghoa. 

Pada umumnya untuk menghormati arwah orang yang sudah meninggal dunia dikalungkan untaian bunga melati. Gus Dur adalah pejuang demokrasi dan hak asasi manusia yang sangat dihormati oleh orang Tionghoa.

Pada altar utama pada umumnya terdapat aneka sajian berupa masakan, sayuran, buah-buahan dan kudapan. Setelah pemuka agama dan kepercayaan Konghucu memanjatkan doa dilanjutkan dengan pembacaan nama-nama orang yang telah meninggal dunia, kira-kira 100 nama.

Setelah pemuka agama Konghucu selesai berdoa dilanjutkan dengan membakar kertas doa pada sebuah mangkok besar. Setelah itu dilanjutkan dengan doa dari seluruh tokoh lintas agama yang berdoa menurut agamanya masing-masing.

Kemudian dilanjutkan dengan acara makan bersama pada sebuah meja panjang. Makanan cukup beragam ada sate, swikee ayam atau sayuran bagi yang vegetarian. Peristiwa ini merupakan catatan peristiwa pada tahun 2017 yang lalu.

Biasanya setelah upacara selesai, makanan di altar utama akan diperebutkan oleh warga. Karena tahun 2020 sedang ada pandemi Covid-19, upacara ini tidak diadakan secara nyata dan hanya dirayakan secara virtual.

"King Hoo Ping" adalah salah satu budaya yang patut dicatat dan dilestarikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun