PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) mau tidak mau adalah pola pendidikan terbaik di kala pandemi virus Covid-19 masih belum berhasil menemukan anti virus yang tepat. Meski pada sosial media sudah ramai banyaknya anti virus yang sedang di uji coba namun belum ada hasil yang positif, malahan korban positif Covid-19 makin meningkat. Apalagi siswa sekolah pasti kecenderungan berkerumun, ditambah lokasi sekolah yang padat karena memang Indonesia adalah negara padat penduduk.
Protokol kesehatan akan sangat sulit diterapkan di sekolah seperti jaga jarak dan jangan berkerumun, meski peraturan untuk memakai masker dan menjaga kebersihan dengan sering cuci tangan atau memakai hand sanitizer dapat dijalankan.
Sementara PJJ banyak memunculkan keluhan akan susah sinyal, khususnya didaerah-daerah di luar kota besar atau di pelosok negeri. Hal ini menambah beban bagi siswa guna dapat mengikuti PJJ. Dan citra buruk dunia telekomunikasi mengenai lambatnya koneksi dan buruknya koneksi hingga harus putus sambung makin melemahkan semangat pendukung PJJ dan ingin mengembalikan kepada pola sekolah tatap muka.
Dampak sekolah tatap muka sudah dapat kita bayangkan, metoda pencegahan penularan virus akan makin sulit diterapkan. Cara terbaik mau tidak mau Departemen Pendidikan Nasional harus menggandeng Departemen Kominfo agar meminta para provider internet untuk menambah BTS di daerah terpencil, agar sinyal internet dapat diterima lebih baik.
Besar harapan, PJJ akan berlangsung sukses dan siswa aman dari penularan Covid-19 bila akses internet dapat wush .. wush sangat cepat seperti akses internet di kota-kota besar provinsi. Bagaimana Departemen Kominfo siap membantu ?