Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Anak Bertanya pada Bapak (Kemiskinan - bagian 6)

11 Februari 2019   05:40 Diperbarui: 11 Februari 2019   06:13 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kemiskinan (sumber: www.steemit.com)

Kemiskinan sering kali menjadi tolok ukur keberhasilan sebuah Pemerintahan. Untuk itulah pada tiap berlangsung debat capres selalu muncul pertanyaan berapa persen pertumbuhan ekonomi bila berhasil terpilih. Bagi Pemerintah pencapaian pertumbuhan ekonomi yang sudah maksimal tentu disambut dengan baik oleh para pendukungnya, sebaliknya bagi kubu oposisi kegagalan pencapaian adalah bahan bakar paling ampuh untuk menyerang petahana.
Saat debat capres 2014 paslon Jokowi-JK menjanjikan pertumbuhan ekonomi 7%.
Anak: Pak, baru-baru ini BPS merilis angka pertumbuhan ekonomi pada 2018 hanya tumbuh 5,17%, ini artinya indikasi Pemerintah Jokowi-JK sudah gagal.
Bapak: Kalau sekedar bicara angka secara harafiah, memang benar Pemerintah Jokowi-JK dengan kabinet kerja-nya boleh dianggap kurang berhasil. Namun bila dikaitkan dengan dampak pertumbuhan ekonomi yang terjadi ternyata banyak peningkatan yang terdorong naik. Jadi kegagalan mencapai angka 7% tidak boleh dianggap gagal seluruhnya.
Coba perhatikan sejak Jokowi-JK memimpin pertumbuhan ekonomi selalu naik, dari 4,88% di 2015, 5,03% di 2016, 5,07% di 2017 dan terakhir 5,17% 2018. Pemerintahan SBY pada era 2010-2014 mengalami pertumbuhan rerata 6%, meski pada 2014 pertumbuhan hanya 5%."
Anak: "Pak, bisa diberikan contoh dampak yang terungkit naik ?"
Bapak: Kita ambil data penyerapan tenaga kerja saja. Pada Pemerintahan SBY-Budiono 2010-2014 penyerapan tenaga kerja hanya 0,22%, sedangkan pada era pemerintahan Jokowi-JK 2015-2018 penyerapan tenaga kerja berhasil mencapai 0,53%. Setiap pertumbuhan ekonomi 1%, sanggup menyerap 530.000 tenaga kerja, sehingga Kementerian Tenaga Kerja mengklaim targetnya tercapai.
Data lain, angka kemiskinan pada era Jokowi-JK mencapai angka terendah sepanjang sejarah Indonesia, yakni 9,66%. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi bukan sekedar angka, tapi sebaiknya di analisa secara keseluruhan, khususnya pada dampak yang ditimbulkan.
Apalagi pada pemerintahan Jokowi-JK, perekonomian dunia juga sedang suram, pertumbuhan ekonomi Indonesia jauh lebih baik daripada Jepang yang malah minus.
Data pertumbuhan ekonomi Q3'2018 seperti dilansir oleh tabloid ekonomi Kontan menyebutkan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat 2,3%, Jepang -0,2%, Jerman 0,7%, Inggris Raya 1,1%, Korea 3,2%, dan Australia 2,2%."
Anak : "Paham pak, jadi rakyat mestinya tetap berterima kasih atas kerja keras Presiden dan Kabinet-nya, meski target pertumbuhan ekonomi 7% belum berhasil dipenuhi."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun