Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Anak Bertanya Pada Bapak (1): #2019gantipresiden

6 Februari 2019   09:38 Diperbarui: 6 Februari 2019   10:57 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tagar 2019gantipresiden (sumber: www.linguistikid.com)

Tahun 2018 saat pencalonan presiden digulirkan mulai marak berkumandang tagar "2019ganti presiden". Baik di dunia maya maupun dalam bentuk kaos dan spanduk yang dimotori oleh tokoh-tokoh pendukung capres non petahana.
Anak : "Pak, kenapa tahun 2019 harus ganti presiden ?"
Bapak : "Sebenarnya tidak ada yang mengharuskan, nak. Dalam sebuah kompetisi tentu masing-masing pihak boleh menunjukkan kelebihannya sendiri  dan menunjukkan kekurangan lawannya. 
Sebagai warga negara yang memiliki hak pilih, kita harus mampu memilah mana informasi yang benar dan mana informasi yang sesat. Sebaiknya kita harus teliti mengumpulkan data yang valid dari semua calon, melihat rekam jejaknya, melihat prestasinya dan melihat kelemahannya. Semua harus berdasar pada data yang sahih, yang sudah melalui proses cek dan ricek, bukan sekedar mempercayai berita hoax yang berseliweran.
Bila calon petahana baik harus dinilai baik, bila memang banyak memiliki kekurangan wajib dinilai buruk. Demikian pula terhadap calon penantang. Jadi, tidak asal ganti presiden, karena salah memilih, taruhannya masa depan bangsa dan negara."
Anak : "Jadi, perlu ganti presiden atau tidak, pak ?"
Bapak : "Nak, pilihan untuk pilpres 2019 hanya ada dua calon, calon petahana dan calon penantang. Lebih mudah memilihnya, daripada banyak calon. Namun meski hanya dua calon, kita harus memilih dengan hati nurani yang bersih, jangan terpengaruh bisikan dari pihak manapun. Karena semua team pemenangan pasti menyebut jagonya terbaik, termasuk dengan seabrek janji-janji manis.
Kita wajib menilai dengan menggunakan akal sehat, apakah janji yang diucapkan benar-benar dapat diwujudkan atau hanya janji tinggal janji saja, yang nantinya dilupakan bila sudah terpilih, karena janjinya terlalu bombastis sehingga sulit diwujudkan.
Janji yang didukung program kerja yang konkret tentunya lebih masuk akal ketimbang janji yang sekedar dilontarkan tanpa didukung program kerja yang memadai. Janji yang bombastis lebih cenderung menarik, namun sulit direalisasikan.
Lakukan analisa komprehensif mulai dari sekarang, agar nanti tanggal 17 April 2019 tidak mengalami kebingungan dan kegalauan di dalam bilik suara."
Anak : "Wah penjelasan Bapak sangat positif, mulai sekarang ananda akan mengumpulkan dan mengkaji semua informasi yang ada, agar nanti tanggal 17 April 2019 dapat memilih dengan tepat dan benar, tanpa dipengaruhi siapapun." 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun