Mohon tunggu...
Sutarno Drs
Sutarno Drs Mohon Tunggu... Guru - Arsitek Jiwa

Mengajar dan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kemeriahan Natal GPdI Ngunut dalam Bingkai Budaya Lokal

27 Desember 2022   10:38 Diperbarui: 27 Desember 2022   10:45 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi pribadi

Kemeriahan Natal GPdI Ngunut dalam Bingkai Budaya Lokal 

Penulis: Y. Sutarno

Peristiwa 25 Desember merupakan sejarah sangat penting dan sakral bagi umat Kristen sebagai hari kelahiran Sang Kristus, Sang Juru selamat manusia sebagaimana telah ditetapkan dan dirayakan sejak generasi awal gereja. 

Bapa-bapa gereja telah merayakannya, bahkan menurut catatan Hippolyptus bahwa sejak tahun 225 M, Natal dirayakan setiap tanggal 25 Desember telah dikenal luas.

Kata "natal"berasal dari ungkapan bahasa Latin yaitu Dies Natalis (Hari Lahir). Sedangkan dalam bahasa Portugis berarti "kelahiran". Dan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) berarti kelahiran Yesus Kristus. Suatu peristiwa besar bagi umat Kristen yang percaya Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat umat manusia. Membahagiakan sekaligus mendatang damai sejahtera.

Natal menjadi hari yang ditunggu-tunggu sebagai momentum Sang Juru Selamat, Yesus namanya turun ke dunia. Ia yang tidak terbatas, Ia yang Maha Kudus, menyapa umat manusia yang berdosa untuk ditebus dan diselamatkan.

Sumber gambar: Dokumentasi pribadi
Sumber gambar: Dokumentasi pribadi

Peristiwa besar ini dirayakan dengan penuh kesukaan. Suka cita besar itu tergambar dalam tema Natal GPdI Natal tahun 2022, "Kesukaan Besar bagi Seluruh Bangsa" (Lukas 2:10-11). Kasih Allah yang sangat besar menghidupkan sukacita bagi seluruh jemaat GPdI Ngunut dan para tamu undangan yang hadir pada perayaan Natal GPdI Ngunut, Tulungagung, Jawa Timur.

Perayaan Natal menjadi istimewa dengan sentuhan kearifan budaya lokal. Budaya lokal yang adi luhung dengan mengangkat misi kebersamaan dan kekeluargaan. Kabar baik, kabar keselamatan, kabar damai sejahtera Allah atas dunia dapat disampaikan dengan konsep bersinergi dengan budaya lokal bukan berarti bersinkretisme.

Natal menjadi kaya makna karena dirayakan dengan tidak meninggalkan budaya lokal. Dalam budaya Jawa, alat musik gamelan, tembang gendhing-gendhing, tarian gambyong dapat menjadi sarana ibadah yang memperjumpakan manusia dengan Tuhan dan sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun