Mohon tunggu...
Sutandijo
Sutandijo Mohon Tunggu... dosen

Finance, investasi, ekonomi, akuntansi, geopolitik, filsafat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prospek Kesepakatan Pertikaian Tiongkok - USA

10 Juni 2025   16:21 Diperbarui: 10 Juni 2025   17:06 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pertemuan antara delegasi Tiongkok dan USA di London pada hari Senin, tanggal 9 Juni 2025, dimaksudkan untuk menyelesaikan pertikaian kedua negara. Pertikaian tersebut awal mulanya dipicu oleh perang dagang yang dikobarkan Donald Trump dengan membebankan tarif atas ekspor Tiongkok ke USA. Serangan balasan dari Tiongkok kemudian tidak hanya dengan tarif namun dengan beberapa senjata lain, antara lain yang paling pamungkas adalah mineral tanah jarang (MTJ, rare earth mineral). Tiongkok menciptakan sistem lisensi atau perijinan atas ekspor tanah jarang, dan menggunakannya sebagai senjata dalam pertikaian dengan USA.

Senjata MTJ ini membuat USA sakit kepala berat dan kalang kabut. Berbagai industri terpenting bagi ekonomi terkena dampaknya karena tidak bisa memdapatkan bahan baku vital bagi produknya. Banyak fasilitas atau lini produksi ditutup. Dampaknya terhadap ekonomi USA akan sangat serius. Walaupun MTJ nilai relatif sangat kecil dibandingkan dengan ukuran ekonomi USA tapi tanpa MTJ seperti manusia yang kekurangan mineral seperti kalium. Tanpa kalium tubuh manusia akan mengalami kelumpuhan.

Pertikaian antara Tiongkok dan USA kali ini tidak akan bisa diselesaikan dengan cara win-win solution. Ini bukan pertikaian biasa. Pertikaian ini hanyalah gejala dari suatu penyakit. Akar pertikaian ini adalah suatu kontes, perebutan status nomor satu antara USA dan Tiongkok. USA yang merasa semakin terkejar berusaha menghentikan laju kemajuan Tiongkok dengan berbagai cara. Usaha USA tersebut ternyata hanya bisa memperlambat namun tidak bisa menghentikan Tiongkok yang terus mengejar dan mempersempit kesenjangan antara kedua negara.

Kemudian tibalah babak baru. Tiongkok menciptakan sistem lisensi yang merupakan manifestasi dari keunggulannya di bidang MTJ atas semua negara lain, termasuk USA. Senjata ini baru dikeluarkan, dipicu oleh perang tarif yang dikobarkan oleh USA. Bagi Tiongkok ini adalah saat yang tepat, karena ketergantungan Tiongkok terhadap USA telah diminimalisir, dalam arti ketergantungan tersebut tidak lagi terlalu membahayakan Tiongkok jika USA menggunakannya sebagai senjata. Tiongkok telah mengurangi secara signifikan ketergantungannya terhadap USA di bidang semikonduktor dan pesawat komersial, dan  mungkin status USD sebagai mata uang dunia, dua atau tiga bidang dimana USA masih lebih unggul. Hanyalah soal waktu bagi Tiongkok untuk dapat mengejar USA di kedua atau ketiga bidang tersebut, sedangkan di bidang lain Tiongkok telah menyamai bahkan melampaui USA.

Dengan latar belakang tersebut perundingan di antara kedua negara penulis prediksi akan cenderung selalu gagal. USA menghadapi dilema yang sangat keras;  maju kena, mundurpun kena. Jika USA bersedia menarik kembali berbagai pembatasan yang telah diberlakukan atas Tiongkok (sebagai imbalan MTJ dari Tiongkok) hal itu akan mempercepat laju Tiongkok dalam mengejar dan mengungguli USA. Jika USA menolak mencabut pembatasan tersebut, Tiongkok akan mencekik industri-industri vital, ekonomi, USA, dengan menghentikan arus MTJ kepada USA. Dan dalam hal apapun Tiongkok tidak akan memperbolehkan MTJ mengalir kepada industri pertahanan USA. Industri pertahanan USA sudah terkunci, dan militer Tiongkok siap melaju segera mengungguli militer USA. Hasil apapun dari kesepakatan  Tiongkok -- USA tidak akan terlalu mengancam Tiongkok, namun merugikan USA.

Dalam hal perang tarif, ekonomi dan rakyat USA akan lebih menderita daripada Tiongkok, jika berlanjut. Konsumen akan kekurangan berbagai barang kebutuhan yang berkualitas dan murah, harga-harga meroket, pengecer kehilangan marjin keuntungan, usaha-usaha kecil ambruk ; semua ini menimbulkan efek yang berantai, lingkaran setan, yang ujungnya akan sangat fatal. Bagi Tiongkok, tentu saja akan ada kerugian. Sejumlah Pabrik-pabrik dan usaha-usaha kecil  tutup dan ambruk, pengangguran meningkat. Namun mengingat ekspor ke USA hanya 2%-3% PDB dan ukuran ekonomi Tiongkok yang sangat besar, kesakitan tersebut sanggup untuk diserapnya, dan tidak akan membahayakan baginya. Tiongkok tetap akan melaju kencang dalam bidang ekonomi, teknologi, dan militer.

Tiongkok memegang semua kartu as. Pertarungan tidak lagi seimbang karena Tiongkok  berada dalam posisi yang sangat menguntungkan. USA sedang berada dalam kebingungan dan di persimpangan jalan ;  tidak atau belum sinkron antara dimensi psikologis dan kognitif dalam dirinya. Secara psikologi mereka belum rela menerima realitas untuk menyerahkan posisi nomor satu kepada Tiongkok, namun secara kognitif mereka sebenarnya mulai menyadari realitas keunggulan mutlak posisi Tiongkok atas mereka.

Bagi USA tidak ada solusi yang lebih baik selain daripada menerima kenyataan dan rela menyerahkan posisi nomor satu kepada Tiongkok. Dengan demikian kedua adi daya tersebut dapat bekerja sama, bersinergi, untuk mencapai kemajuan dan kemakmuran bersama. Dunia secara keseluruhan akan diuntungkan jika keduanya mau berdamai. Bolanya ada di USA, untuk menyerahkan mahkotanya kepada Tiongkok.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun