Mohon tunggu...
Susi Qory Utami
Susi Qory Utami Mohon Tunggu... Lainnya - squ1702

"Dia tahu aku mencintainya,tapi aku mencintainya lebih dari yang dia ketahui.” -Rumah Sufi- Mahasiswa UIN Khas Jember (ProgramDoc)

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kenangan bersama Abah

13 April 2021   22:22 Diperbarui: 13 April 2021   22:38 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Tahun 2017, pertama kali aku mengantarkan Abah pulang kampung. Awalnya hanya ajakan biasa setelah bangun tidur. Saat itu bulan puasa H-2 lebaran, tepatnya Hari Jum'at. "Ayo, budhal saiki ning Madura numpak motor", kataku dari kamar. Abah berada di ruang tengah menonton televisi. "Ayo wis, mangkat", sahut Abah.Tanpa pikir panjang "Takut Tak Deddih kanak", ibu menyiapkan segala keperluan baju kita disana.

Kita berdua berangkat dengan singgah di bengkel untuk mengecek keadaan "si hitam". Berangkatlah kita ke Madura jam 10.30 siang (kebayang kan panasnya hari itu). Abah pun memutuskan untuk tidak berpuasa dan aku tetap menjalankan. Abah berpesan, "baca Bismillah dari berangkat hingga tujuan akhir".

Abah mengendarai motor dari Jember menuju Probolinggo. Bergantian denganku dari Probolinggo ke Surabaya. Sesampai di Surabaya jam 4 sore aku tak sanggup melihat keramaian kota ini, Abah mengambil alih. Kita berdua bingung (tolah-toleh koyok wong ilang).

Akhirnya memberanikan diri mendekat kepada orang yang bersepeda motor plat M. "Pak, mau ke madura ya? Kita boleh ikut bapak sampai Suramadu?", tanyaku. "Boleh", jawabnya. Aku pun menjadi teropong bapak tersebut dan memandu jalan kepada Abah.

Kita masuk Suramadu menjelang maghrib. Aku meminta kabar lewat chat "adzan maghrib" (uis gak kuat rek kenek panas rasane koyok iwak glepar) kepada sepupuku. Aku memutuskan untuk berbuka setelah keluar dari Suramadu, Abah tidak. Kemudian melanjutkan perjalanan, aku mengendarai dari Suramadu sampai Bangkalan. Bergantian dengan Abah hanya sebentar, lalu ku ambil alih lagi sampai ke Pamekasan. Kita mampir mengisi perut lagi, sudah dekat dengan rumah.

Abah memang tidak memberi kabar bahwa akan pulang, hanya aku saja. Saudaraku menunggu di pinggir jalan, mengira aku naik bus (keponakan durhaka aku ini). Aku mengirim pesan singkat bahwa aku naik ojek (Abah ojeknya, lagi-lagi anak tak tahu diuntung).

Abah yang mengendarai sampai ke rumah. Aku turun menuju pekarangan rumah dan ternyata ada yang belum tidur tepatnya jam 21.00. "We are the champion", dendangku. Mereka pun sontak kaget, bahwa yang ditunggu jarang pulang, akhirnya pulang. "Puh, si Om kuat banget naik motor sama si adik Jember-Pamekasan", kata Kakak Daus ibarat orang penting dari perjalanan jauh, kita digiring (bukan ayam, tolong ya) menuju rumah masa kecil Abah. Bude alias kakak perempuan Abah terkaget dan terharu, adiknya pulang. "Duh Sen, be'en moleh Sen", kata Bude (dramatis ini). Bukannya tidur malah bertukar cerita ambu-ambu, lessoh lem-malem. Bektonah tedhung

Kita juga kembali melakukan perjalanan kedua di tahun 2019. Berangkat setelah lebaran karena pastinya jalanan saat hari raya sepi. Namun pada tahun tersebut, aku harus berbolak-balik karena tugas kuliah akhir yang masih belum selesai. 

Sehari setelah sampai, aku kembali ke Jember dengan naik bus patas Pamekasan-Surabaya bersama sepupuku. Turun di Terminal Bungurasih, Surabaya aku naik bus patas lagi ke Jember. Sesampainya di Jember tepat jam 21.00. Keesokan harinya ,saya bergegas ke Kampus menyelesaikan tugas kuliah akhir dan meminta izin kembali lagi dengan alasan tidak ada yang menyetir untuk Abah pulang dari Pamekasan menuju Jember nanti. Malam harinya, aku dan sepupuku kembali pulang ke Pamekasan dengan menggunakan bus malam. 

Aku dan Abah mengambil libur tidak lama karena tugas kuliah akhir harus segera terselesaikan. Kita pulang menuju Jember hari minggu dengan harapan besok bisa melanjutkan tugas akhir kuliah. 

Walaupun hanya bisa mengantar pulang ke kampung halaman, bisa menjadikan sebuah kenangan yang tak kan hilang dari ingatan. 

Jember, Jawa Timur

2017 dan 2019 lalu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun