Malam 1 Syawwal 1446 akan datang dalam hitungan jam. Campuran aduk rasa hati, antara bahagia telah diberi kesempatan menunaikan kewajiban, dilahirkan kembali dalam keadaan suci, telah menerima ampunan, bersih dari dosa dan kotoran, namun sedih pun menyelimuti karena ditinggalkan dengan bulan istimewa ini.
Tapi ini adalah siklus yang tak bisa dihindari, karena ada 11 bulan lain yang harus digelar, dibentangkan sebagai ladang luas untuk kita mengejawantahkan penghambaan dari setiap ilmu terapan yang sudah kita terima selama bulan Ramadhan. Â
Apa yang harus kita siapkan menyongsong pergantian bulan qomariyah setelah Ramadhan? Sejatinya tak perlu amat persiapan yang bersifat jasmaniyah, seperti baju baru, hidangan nikmat dengan aneka keragamannya, mebeler yang baru, warna rumah yang berubah, kendaraan baru dan sebagainya.Â
Bukan itu tak boleh sih, namun ada hal lebih penting yaitu kesiapan mental spiritual kita menghadapi tantangan pada bulan-bulan kedepan. Â Spirit atau semangat untuk memperbaharui diri, kekeh mempertahan hidangan atau aneka makanan nikmat halal dan baik, memperbaiki tata kerja pada kedudukan kita, merubah warna diri (karakter, akhlak) menjadi lebih baik, cara berjalan dan berinteraksi yang ahsan dan sebagainya.Â
Persiapan itu dimulai ketika Takbir bergema di malam hari raya. Bukan soundsystem yang mampu mengetarkan kaca jendela, ataupun genteng rumah warga, namun kalimat takbir yang mampu menggetarkan hati dan setiap sel jasmani kita. Lafadz agung itu menjadi pengingat pikiran, penyadar hati, dan penyandar jiwa, serta penghangat raga, bahwa hanya Allah yang Maha Besar dan Maha Kuasa.
Semua yang menempel pada diri kita adalah amanat yang dititipkan kepada kita, maka seharusnya dibawah kemahabesaran-Nya tak ada sesuatupun yang patut diagungkan selain Dia. Takbir yang bergema adalah untuk menyadarkan kecil dan sangat kerdilnya kita di hadapan Yang Maha Besar, Maha Kuasa, dan maha mengatur segalanya.
Takbir yang terus berulang sesungguhnya adalah internalisasi diri mengungkapkan pengakuan tulus melalui tiga rangkaian proses yang benar (pikiran, hati dan lisan) untuk membesarkan asma Allah, dengan ini outputnya bagi seorang Muslim akan terbimbing jauh dari sifat ananiyah atau sombong, dimana ia kan menjauhkan diri dari rahmat-Nya.
Sebagaimana Allah firmankan dalam surat Al-Baqarah ayat 185, "(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur."
Firman di atas adalah perintah untuk mengagungkan Allah (takbir) yang hakikatnya bertujuan agar kita bersyukur, atau masuk dalam golongan 'abdan syakuro.
Selamat  hari raya Idul Fitri, taqobbalallohu minna waminkum taqobbal ya kaariim, mohon maaf lahir dan bathin...