Mohon tunggu...
Yulius Maran
Yulius Maran Mohon Tunggu... Educational Coach

- Gutta Cavat Lapidem Non Vi Sed Saepe Cadendo -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyelami Empat Tujuan Pendidikan

10 September 2025   18:17 Diperbarui: 10 September 2025   18:17 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar diambil dari https://www.shutterstock.com/

Suasana pagi di sebuah sekolah menengah tampak riuh. Bel berbunyi, siswa berlarian menuju kelas, sementara di lapangan beberapa siswa bersiap latihan basket. Di pojok lain, sekelompok murid sedang mempersiapkan pementasan teater untuk acara sekolah minggu depan. Dari kegiatan rutin di kelas hingga aktivitas di luar jam pelajaran, ada benang merah yang menghubungkan semuanya: pendidikan bukan sekadar soal nilai rapor, melainkan perjalanan panjang membentuk manusia seutuhnya.

Namun, dalam praktik sehari-hari, pendidikan kerap terjebak pada ukuran sesaat---angka ujian, peringkat kelas, atau prestasi lomba. Pertanyaannya, apakah itu cukup? Filosof pendidikan P.J. Higginbotham dalam Philosophy and the Teacher menegaskan pentingnya melihat kembali empat tujuan pendidikan: capaian, proses, tujuan jangka pendek, dan arah jangka panjang (Higginbotham, 1976). Empat aspek ini, jika dihidupi secara utuh, bisa membuat sekolah hadir bukan hanya sebagai ruang transfer pengetahuan, tetapi juga laboratorium kehidupan.

Di tengah tuntutan zaman yang semakin kompetitif, sekolah Indonesia perlu menata kembali orientasinya. Bagaimana kelas, program kokurikuler, hingga kegiatan ekstrakurikuler bisa menjadi wahana mewujudkan empat tujuan pendidikan tersebut?

Pendidikan dengan Arah yang Jelas

Higginbotham (1976) mengingatkan bahwa salah satu kelemahan umum dalam pendidikan adalah kekaburan arah. Sekolah sering menjalankan rutinitas tanpa bertanya: untuk apa semua ini dilakukan? Tujuan pendidikan seharusnya tidak hanya mencetak murid pandai matematika atau jago bahasa, melainkan juga membentuk pribadi yang mampu berpikir kritis, hidup bermoral, dan berkontribusi pada masyarakat (Peters, 1965).

Dalam konteks pembelajaran intrakurikuler, guru ditantang menautkan materi pelajaran dengan makna hidup yang lebih luas. Misalnya, pelajaran sejarah tidak berhenti pada menghafal tahun peristiwa, tetapi mengajak siswa merefleksikan arti perjuangan dan relevansinya dengan demokrasi hari ini. Arah pendidikan menjadi lebih jelas: membentuk warga yang sadar sejarah, bukan sekadar penghafal fakta.

Di ranah kokurikuler, tujuan ini bisa diwujudkan melalui program literasi atau riset kecil yang menumbuhkan daya analitis siswa. Sementara di kegiatan ekstrakurikuler, misalnya pramuka atau klub sosial, arah pendidikan tampak dalam pembiasaan nilai tanggung jawab, kepemimpinan, dan kerja sama. Dengan demikian, sekolah berperan sebagai kompas, bukan sekadar mesin cetak ijazah.

Capaian yang Terukur, Namun Bermakna

Tujuan kedua adalah educational achievement---hasil nyata yang dapat ditunjukkan siswa (Higginbotham, 1976). Capaian ini tidak boleh dipersempit pada skor ujian semata, tetapi harus meliputi keterampilan, sikap, dan kebiasaan belajar yang bernilai dalam kehidupan (Dewey, 1938).

Di kelas, capaian bisa berupa kemampuan menulis esai kritis, menyelesaikan soal logika, atau menguasai konsep sains. Namun, lebih dari itu, capaian yang bermakna mencakup keberanian siswa mengemukakan pendapat, kesabaran dalam mengerjakan proyek, atau kepekaan etis dalam diskusi moral. Guru dapat menilai aspek ini melalui portofolio, presentasi, maupun refleksi diri siswa.

Kegiatan kokurikuler seperti olimpiade, debat, atau lomba karya ilmiah memberi ruang bagi siswa menorehkan prestasi formal. Akan tetapi, capaian itu tidak hanya soal piala, melainkan proses belajar disiplin, kerja tim, dan manajemen waktu. Sementara itu, di ranah ekstrakurikuler, keberhasilan siswa memimpin kelompok paduan suara atau menyelenggarakan kegiatan sosial adalah capaian yang sama pentingnya dengan nilai akademik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun