Perasaan muroqobatulloh tersebut terkait erat dengan tingkat pengetahuan, dan keimanannya. Semakin luas, ilmu agamanya maka bisa jadi semakin kuat imannya. Sementara bagi mereka yang tidak memiliki ilmu yang memadai, dan rendah kekuatan imannya, termasuk  hidup dalam lingkungan yang kurang religius maka bisa dengan mudahnya meninggalkan ibadah shalat, puasa, atau melakukan hal-hal yang dapat membatalkan pahala puasa seperti menipu, mencuri, bahkan korupsi.
Banyak orang yang terlibat korupsi dapat dilihat dari lingkungannya, ilmunya, dan imannya.Â
Bulan puasa dapat digunakan sebagai sarana peningkatan keilmuan, dan keimanan, serta ibadahnya untuk semua muslim. Setiap masjid dan mushala lebih sering mengadakan kajian islam, seperti kultum sebelum adzan magrib, kuliah subuh, tadarusan, berbagi takjil, dan buka bersama. Semua itu adalah sarana untuk menanamkan, dan menumbuhkan sikap muroqobatulloh.
Perasaan muroqobatulloh yang memberi pengaruh baik tersebut terbukti lebih mudah ditumbuhkan di bulan suci Ramadhan. Perjuangan selanjutnya adalah bagaimana seseorang yang ketika berpuasa merasakan dekat dengan pengawasan Allah SWT bisa mempertahankan agar sikap atau perasaan tersebut bisa menetap dalam diri selama sebelas bulan ke depan, agar menjadi bekal untuk pribadi yang baik sepanjang hidup.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI