Mohon tunggu...
PM Susbandono
PM Susbandono Mohon Tunggu... -

Berpikir kritis, berkata jujur, bertindak praktis

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Defense Mechanism

6 Maret 2011   13:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:01 2280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1299417244327053627

Yanto, keponakan saya yang bekerja di sebuah perusahaan ekspor-impor  di Jakarta Utara,  lagi bete.  Gara-gara  atasannya, yang baru dipindah 6 bulan yang lalu ke bagiannya, ditandai sangat galak.  Seluruh anggota tim mengeluh, karena sang bos dikenal cerewet, pelit, otoriter, sangat detil, sok ngatur, perfectionist, dan resek.  Hampir setiap hari, Yanto dan rekan-rekan kena damprat sang atasan, bahkan untuk alasan-alasan yang sangat sederhana.  Dia memang  dikenal killer sejak  memimpin tim-tim sebelumnya.  Menurut beberapa teman kerja yang mengenal si bos sejak muda, dulu dia tidak berperangai seperti itu.  Dia dikenal alim, baik hati dan suka menenggang-rasa.  Ada yang menduga bahwa sifat si bos berubah sejak dia menikah 7 tahun yang lalu.  Orang tidak tahu, mengapa si bos berubah menjadi galak dan suka "menindas", sejak dia berkeluarga.  Gosip yang beredar menceritakan bahwa di rumah, si bos sangat takut kepada suaminya dan berada dalam tekanan teman-hidupnya itu.  Semua keputusan diambil atas persetujuan sang suami, dan si bos hampir tidak mempunyai ruang untuk menunjukkan eksistensi diri di rumah.  Dia berada dalam pengaruh kehidupan suami yang sangat otoriter.  Singkatnya, bos masuk dalam  organisasi ISTAS (Ikatan Suami TAkut Suami).  Gosip ini menjadi bahan gunjingan di kantor Yanto bahwa bos  melakukan politik balas-dendam suami di rumah kepada anak-buahnya di kantor. Kalau benar bahwa atasan Yanto galak karena di rumah dia ditekan oleh sang suami, maka kemarahan yang dikeluarkan bos di kantor, dalam ilmu Psikologi, dikenal sebagai bentuk defense mechanism (mekanisme pertahanan diri) yang disebut Displacement. Teori Displacement dikemukakan oleh seorang tokoh Psikologi dunia yang dikenal mencipta teori Psikoanalisa, yaitu Sigmund Freud (1856-1939).  Bersama Anna Freud, putrinya, yang juga seorang Psikolog, Freud menyebutkan bahwa Displacement adalah mekanisme pertahanan-diri yang mengalihkan emosi, seperti kemarahan, kepada (sekelompok) orang yang lebih lemah, gara-gara dia mendapat tekanan atau ancaman dari orang lain yang lebih kuat dan dia tidak berdaya untuk melawannya. (Redirecting an emotion - e.g. anger - toward someone who is less dangerous than the real object of that emotion). Selain displacement, teori mekanisme pertahanan-diri lainnya yang ditemukan Sigmund dan Anna Freud adalah Repression, Regression, Reaction formation, dan Projection (Holmes, 1984).  Bermanfaat atau merugikan,  manusia harus bersyukur kepada Yang Maha Kuasa karena anugerah mekanisme pertahanan diri yang melekat dalam setiap pribadi.  Bayangkan, bila mekanisme itu hilang atau dicabut oleh Sang Pemberi, mungkin makhluk hidup  bernama manusia akan sirna dari muka bumi ini. Teori displacement yang semula lahir dari seorang penemu teori Psikoanalisa, yang berada dalam tengah-tengah studi  Psikologi Perkembangan, meluas dan kemudian diaplikasikan ke ranah Sosial.  Baru-baru ini di Temanggung, Jawa Tengah, sekelompok orang, dalam bentuk masa yang masif,  yang semula menghendaki agar Pengadilan menghukum seberat-beratnya seseorang yang dituduh menghina dan menista agama mereka, (yang benar sebetulnya, tertuduh telah melakukan penghinaan kepada semua agama di Indonesia) kecewa karena vonis Pengadilan  jauh lebih ringan dibanding harapannya.  Karena mereka merasa  "dianiaya", dan diperlakukan tidak adil oleh otoritas Pengadilan yang mempunyai legitimasi hukum yang tak mungkin digoyahkan, masa kemudian merusak sejumlah bangunan tempat ibadah, sekolah dan membakar beberapa kendaraan milik kelompok masyarakat lain yang mereka anggap lebih lemah.  Ketika mereka merasa tidak mampu melawan kekuatan yang lebih kuat, mereka menumpahkan balas-dendamnya kepada kelompok lain yang lebih lemah,  yang kalau dipikir-pikir, tidak ada kaitannya dengan pihak pertama yang tidak mampu mereka lawan.  Teori Displacement berhasil menengarai terjadinya kasus Temanggung, meskipun tetap tidak dapat menjelaskan mengapa tindakan yang tidak rasional bisa tiba-tiba keluar.  Persis seperti gerakan refleks kelopak mata kita, yang dengan cepat berkedip, ketika sebutir debu nyaris masuk ke mata kita.  Dalam ranah Psikologi Organisasi, seorang pekerja yang ditekan atasannya, bisa dengan serta-merta, sering tanpa alasan, menekan bawahannya.   Bawahan yang tidak tahu-menahu juntrungan, kena getah dari atasan, hanya karena si atasan di-semprot oleh atasannya lagi.  Begitu yang sering terjadi, sehingga banyak bawahan yang harus menimbang-nimbang terlebih dahulu sebelum dia berani menghadap atasannya, takut kalau sang atasan baru saja dimarahi atasannya lagi. Kalau kita mau lebih  mendalami teori displacement Freud, ternyata ada 3 pihak yang saling berinteraksi, yaitu pihak pertama yang dianggap paling kuat, pihak kedua yang kurang kuat dan pihak terakhir adalah pihak yang paling lemah.  Seperti hukum sosial yang umum berlaku, maka pihak yang lebih kuat selalu menekan pihak yang lebih lemah.   Gejala Displacement diderita oleh mereka yang ada ditengah-tengah, sementara si korban adalah mereka yang ditengarai paling lemah.  Suami si bos (pihak paling kuat) menekan isterinya (pihak yang kurang kuat) dirumah, yang kebetulan mempunyai anak buah (pihak yang paling lemah) di kantor untuk dijadikan pelampiasan  tekanan dari kedua pihak yang lebih kuat.  Mekanisme ini terjadi seolah-olah begitu saja dan sering keluar secara otomatis.  Tidak heran bahwa "suara kebenaran" selalu berbunyi bahwa pihak yang kuat harus mau untuk melindungi pihak yang lemah.  Sudah menjadi hukum alam bahwa  "orang kuat" cenderung menindas "orang lemah".  Anak yang paling besar selalu dinasehati oleh orang tuanya agar selalu mengalah kepada adik-adiknya, sementara Tom si kucing, dalam film kartun serial anak-anak, Tom and Jerry, selalu digambarkan semena-mena terhadap Jerry, si tikus nakal yang ndilalah-nya selalu unggul dalam pertarungan.  Mobil sedan mulus yang catnya mengkilat selalu disalahkan kalau srempetan dengan Metromini atau sepeda-motor, tak peduli siapa yang ugal-ugalan.  Atau atasan cenderung selalu dianggap pihak yang tidak bijaksana bila dia berselisih dengan bawahannya, tanpa orang sempat menyelidiki apa yang menjadi bahan persengketaan. Tuduhan terhadap "si kuat" yang cenderung menindas "si lemah", nampaknya sudah menjadi suatu kesan yang alami.  Sampai-sampai seorang budayawan dan dramawan di zaman Latin kuno, Plautus (254 BC - 184 BC) mengatakan bahwa man is man's wolf atau homo homini lupus (manusia adalah serigala bagi manusia lainnya).  Terkandung arti  implisit bahwa yang dapat bertindak sebagai serigala adalah mereka yang lebih kuat, lebih pintar, lebih kaya, atau  lebih mempunyai kekuasaan.  Ironisnya, binatang serigala yang dijadikan kiasan di pepatah ini, tidak pernah membinasakan sesama serigala.  Atau kalaupun mereka harus bertengkar satu sama lain, pertempuran tidak akan diakhiri sampai kematian salah satu dari mereka. Tak salah bila seorang politisi, sejarahwan dan penulis terkenal dari Inggris, John Emerich Edward Dalberg-Acton (1834-1902) yang mengkritik adanya kekuasaan  yang mutlak dan tanpa reserve dalam pronouncement-nya : "I cannot accept your canon that we are to judge Pope and King unlike other men with a favorable presumption that they did no wrong............ All power tends to corrupt and absolute power corrupts absolutely". Terjemahan bebas versi saya adalah sbb : "Orang kuat, orang kaya, orang pintar, orang dengan status lebih tinggi, cenderung menguasai dan memperdaya orang(-orang) yang lebih lemah".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun