Mohon tunggu...
Susanto
Susanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik, ayah empat orang anak.

Tergerak, bergerak, menggerakkan. Belajar terus dan terus belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kegembiraan Akrostik

9 Agustus 2022   06:27 Diperbarui: 9 Agustus 2022   06:41 1076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar tangkapan layar puisi akrostik (ambuguru.blogspot.com )

Apakah Anda suka menulis puisi? Hampir setiap orang pernah menulis puisi. Menulis puisi bebas, pun puisi dengan aturan-aturan tertentu. Satu di antara berbagai bentuk puisi sekaligus merupakan teknik menulis puisi adalah puisi akrostik. 

Suku kata kro mengingatkan saya pada kata akronim. Akronim adalah gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar. Lalu, apakah akrostik sama dengan akronim?

Akrostik, menurut wikipedia, kata tersebut berasal dari kata Prancis acrostiche dari kata Latin pasca-klasik acrostichis. Akrostik adalah sebuah bait (atau bentuk penulisan lain) dimana huruf pertama (atau silabel, atau kata) dari setiap baru (atau paragraf, atau unsur lain dalam teks tersebut) menampilkan sebuah kata, pesan, atau abjad. 

Seperti diuraikan di outstandingwriting.com, dalam bentuk umumnya, akrostik adalah puisi dengan huruf pertama dari setiap baris menguraikan pesan. Akrostik, meskipun biasanya muncul dalam bentuk puisi, ia dapat hadir dalam bentuk tulisan apa pun. Jadi, akrostik beda ya dengan akronim.

Seperti saya uraikan di atas, puisi akrostik merupakan salah satu bentuk puisi sekaligus teknik menulis puisi. Banyak sudah yang mengulas bahwa puisi akrostik adalah teknik menulis puisi. 

Eka Maharani Putri (2016) dalam bukunya PUISI AKROSTIK (Cara Mudah Menulis Puisi) menceritakan bahwa teknik akrostik digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah dalam menulis puisi. Alasannya, puisi ini cenderung sederhana karena menggunakan huruf awal dari nama kunci atau ungkapan yang diuraikan menjadi larik-larik puisi.

Salah satu Sobat Lagerunal (sebuah komunitas blogger di kalangan guru), Ibu Sumartini yang beken dengan panggilan Ambu, kerap kali menulis puisi akrostik. Gambar tangkapan layar pada awal tulisan ini saya ambil dari blog beliau. 

Tema yang beliau ambil adalah peringatan ke-77 Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Judul puisi TUJUH TUJUH sekaligus menjadi huruf awal puisi akrostik, menjadi pengikat larik-larik puisi nan indah. Bahkan sedemikian cermat Ambu memilih kata hingga typografi yang terbentuk menyerupai pohon. Seakan bertutur bahwa Republik ini harus tetap tumbuh bagai pohon yang menjulang tinggi.

Owner outstandingwriting.com menyebut, menulis puisi jenis ini dengan kegembiraan akrostik. Tidak diperlukan aturan yang macam-macam. Cukuplah menentukan tema, lalu susun kata yang akan diuraikan menjadi puisi dari atas ke bawah. Kemudian, curahkan gagasan secara bebas. Setelah jadi, endapkan beberapa saat, kemudian baca kembali dan revisi.

Ketika bersekolah di sekolah menengah atas, saya pernah memuji seseorang dengan membuat puisi akrostik dengan namanya. Sayangnya, buku diary yang memuat puisi itu sudah lama hilang. Coba kalau tidak hilang dan ditemukan lalu dibaca istri saya. Sulit dibayangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun