Mohon tunggu...
Susanti Nur Hidayah
Susanti Nur Hidayah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Menulis bukan hoby saya tetapi ini saya memulai untuk mencoba membuat karya tulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Dampak Tekanan Akademik terhadap Psikologis Anak

4 Oktober 2025   15:41 Diperbarui: 4 Oktober 2025   15:41 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

             Lingkungan pendidikan sekolah dasar seharusnya menjadi ruang yang aman serta menyenangkan untuk anak -- anak dalam menjalani proses belajar. Namun kenyataannya, tak sedikit anak yang merasakan tekanan akademik sejak dini yang bersumber dari orang tuannya. Tuntutan untuk selalu mendapatkan nilai yang tinggi, beban tugas yang, persaingan antar teman satu kelas, serta harapan orang tua yang terlalu tinggi ini bisa menjadi sumber stres yang cukup besar bagi anak yang masih berusia sekolah dasar. Stres ini berawal dari kekhawatiran terhadap prestasi, dan juga adanya tuntutan dari orang tua ditambah lagi dengan  kurangnya support dari pihak keluarga itu sendiri. Padahal, lingkungan keluarga ini mempunyai peran yang sangat penting untuk mendukung proses tumbuh dan berkembangnya anak. Selain itu, keluarga juga harus bisa menjadi pembimbing anak saat belajar di rumah. Adanya peran keluarga yang tidak stabil ini menambah beban mental pada anak .

             Anak yang masih berusia sekolah dasar pada umumnya masih dalam tahap belajar menyesuaikan diri dengan pembelajaran yang formal. Oleh karena itu, jika beban akademiknya terlalu berat maka bisa mengganggu psikologisnya. Anak akan terus merasa takut jika tidak mendapatkan nilai yang tinggi sehingga berakibat stres sampai kehilangan nafsu makan, sulit untuk tidur, emosionalnya menjadi terganggu karena tekanan yang muncul secara terus -- terusan juga akan membuat anak menjadi mudah marah, menangis tanpa sebab, dan tidak mau berinteraksi dengan lingkungan. Selain itu, lebih parah lagi jika orang tua menerapkan hukuman saat seorang anak tidak mendapatkan hasil yang memuaskan bagi orang tua, hal ini akan merusak psikologis anak akibatnya anak akan menunjukkan perilaku agresif dalam berinteraksi sosial.

            Tuntutan akademik yang terlalu besar ini bukan membuat anak menjadi semangat belajar justru menciptakan perasaan tertekan dan stres pada anak. Tuntutan ini akan menjadi semangat belajar bagi anak jika orang tua juga mendukung penuh kegiatan anak selama kegiatannya masih dalam jalur yang positif, dan mengedepankan komunikasi yang terbuka sehingga anak tidak memendam sendirian atas apa yang dirasakannya. Anak tidak perlu diberi hukuman yang berat tetapi anak lebih butuh diberi semangat dan nasihat tanpa adanya tuntutan yang tinggi. Dengan pendekatan seperti ini, anak akan tumbuh berkembang menjadi pribadi yang sehat secara emosional, bahagia, dan juga tangguh dalam menghadapi tantangan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun