Mohon tunggu...
Susanti Hara
Susanti Hara Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang pendidik yang suka berkreasi

Pembelajar aktif yang senang untuk terus berpartisipasi dan berkreasi untuk memberikan warna pada kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money

Literasi Ekonomi: Optimalisasi Perkebunan Indonesia Berdaya Dompet Dhuafa Subang

21 Oktober 2019   01:26 Diperbarui: 21 Oktober 2019   02:15 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat pemberdayaan program terus meningkatkan metode-metode perbaikan, baik dari peningkatan masyarakat penjual nanas, mapping pasar jaringan market, kerjasama industri usaha penyerap hasil nanas kupas dimana ada metode perbaikan nanas kupas mengalami durasi perjalanan, sehingga harus memperbaiki atau menyempurnakan sampai industri tidak  banyak yang reject, atau rusak selama perjalanan hingga sampai ke tempat perindustrian. 

Untuk pemasaran, perkebunan Indonesia Berdaya sudah bekerja sama dengan Pemda. Saat ada tamu Pemda, mereka mengajak untuk berkunjung ke kebun ini, ataupun memesan buah-buahan dari tempat ini.

Mejaga harga agar stabil tentulah tidak mudah. Apalagi jika banyak pesaingnya. Maka menjaga mutu menjadi prioritas utama. Sehingga ketika di tempat lain harga jatuh, harga  di perkebunan ini tetap stabil dengan kelebihan-kelebihan tertentu, misalnya, penanaman secara organik tanpa bahan kimia hingga konsumen merasakan perbedaan khasiat dan rasanya. Jaga program mutu dan kualitas hingga punya pasar sendiri, menjadi target utama dalam pengembangan pengolahan perkebunan.

Area perkebunan yang luas-Doc. Susantihara
Area perkebunan yang luas-Doc. Susantihara

Dalam kesempatan ini, Pak Bobby mengajak masyarakat sebanyak-banyaknya untuk menggalang wakaf pengembangan Perkebunan Indonesia Berdaya. Dengan mengubah mind set kontra produktif.  Di mana kita ketahui bersama kalau wakaf identik dengan kalangan berduit, orang kaya dengan puluhan juta, memilliki tanah lebar dan luas. Nah, pada kesempata ini, Pak Bobby menjelaskan bahwa dengan Rp10.000,- siapapun sudah bisa mengikuti program sejuta waqif dompet dhuafa atau sejuta pendonor.  Sepuluh ribu apabila digabungkan bisa menjadi rumah sakit, bisa menjadi lembaga pendidikan, bisa menjadi lahan produktif, di mana intinya pada saat ini betapa mudahnya berwakaf. Apalagi setelah melihat langsung adanya perkebunan Indonesia Berdaya dan sentra ternak di area tersebut.

Petani penerima manfaat pada awalnya 30 Kepala Keluarga, untuk industri ada 10 SDM untuk operasional, yang intinya baru 40, nanti sekitar 12 desa akan terlibat. Karena program ini ada penerima manfaat langsung, maupun memberdayakan petani di skeitar. Untuk meningkatkan menstabilkan suplai ke industri, harga nanas dari pekebun dipatok dengan harga 2500 yang biasanya lebih rendah dari harga tsb. Harga jauh lebih baik untuk masyarakat sekitar.

Menurut Pak Bobby wakaf produktif bisa melibatkan siapapun. Khusus kebun Indonesia Berdaya saat ini 10 hektar. Menurutnya, membuka lahan produktif sekaligus menyelamatkan aset umat. Terbayang kalau daerah tersebut menjadi spekulasi tanah dan hanya dikuasai kalangan tertentu. Agar tanah seluas-luasnya dibebaskan dan dapat kembali kepada masyarakat menjadi lahan produktif dengan target 200 hektar bertahap dalam beberapa tahun kedepan, maka siapapun bisa mengikuti program wakaf ritel 10ribuan.

Bagi siapapun yang ingin berwakaf di Kebun Indonesia Berdaya bisa memiliki 1 kavling wakaf seharga 125 juta, luasnya 1.000 meter persegi. Akan ditawarkan secara lelang, termasuk tanahnya, 50 juta untuk pengolahannya atau pembangunan lahan beton, pembibitan pemeliharaan sampai berbuah, dan di kavling tersebut akan dibangun bungalow tempat waqifnya saat berkunjung. 50 juta akan dikembalikan kepada waqf selama 50 tahun kedepan, akan disisihkan dari setiap hasil panen per tahun cicilan pengembalian. Kalau ongkos produksi tidak dikembalikan. Wakaf atas nama pribadi ataupun komunitas pun tentu saja bisa. Mau dikunjungi kapanpun untuk beraktivitas atau mengadakan kegiatan komunitas pun tentu saja bisa sehingga menjadi monumen wakaf dhuafa. Uniknya lagi, wakaf bisa dicicil selama 6 bulan hingga nominal mencapai 125 juta.

Dalam perkembangannya generasi milenial pun ikut berwakaf. Melalui pendekatan tanpa melihat berapa besar donasinya dari mereka yang kuliah targetnya 10ribuan.  Pada awalnya Dompet Dhuafa pernah intens pada orang kaya, pendekatan husnul khotimah. Namun sekarang generasi milenial pun mengikuti gerakan wakaf ini. tentunya generasi ini merasa tapi mati masih lama. Namun bagusnya sense kemanusiaannya tinggi, kalau dulu kepada orang kaya menjelaskan kematian sekarang kepada generasi milenial menjelaskan manfaatnya.

Sebenarnya ada 4 pilar pengembangan aset wakaf, yaitu: pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosial budaya. Dan hari ini pembahasan penulis intens pada wakaf bidang ekonomi di antara semua aset yang ada. Perkembangan gerakan wake up wakaf ini dengan adanya perluasan kavling menambah produktivitas, dan pastinya akan lebih banyak dhuafa terlibat dan keterlibatan masyarakat lainnya. Tentu saja bisa mensejahterakan, serta pahalanya mengalir terus selama mendapatkan manfaat dari jariah kita.

Penjelasan perkembangbiakan nanas-Doc: Susantihara
Penjelasan perkembangbiakan nanas-Doc: Susantihara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun