Mohon tunggu...
Susanti Hara
Susanti Hara Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang pendidik yang suka berkreasi

Pembelajar aktif yang senang untuk terus berpartisipasi dan berkreasi untuk memberikan warna pada kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money

Literasi Ekonomi: Optimalisasi Perkebunan Indonesia Berdaya Dompet Dhuafa Subang

21 Oktober 2019   01:26 Diperbarui: 21 Oktober 2019   02:15 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam sebuah tulisan di Kompasiana, seorang penulis menafsirkan konsep literasi ekonomi menurut pandangannya sebagai pemahaman seseorang yang terkristalkan dalam membuat pilihan cerdas terkait alokasi sumber daya.

Sumber daya sebagaimana kita ketahui memiliki makna luas, baik itu sumber daya alam, sumber daya manusia ataupun sumber daya lainnya. Dan dalam perjalanan saya sebagai penulis, ketika menjelajahi Perkebunan Indonesia Berdaya Dompet Dhuafa di Desa Cirangkong, Kecamatan Cijambe, Subang Jawa Barat, literasi ekonomi ini berpadu antara sumber daya manusia yang ahli dalam bidangnya dan juga sumber daya alam melimpah sebagai sarana penghidupan dunia dan bekal akhirat kelak.

Penasarankah?

Dalam kegiatan Blogger Meet UP! Waqf Productive Sharing Session & Visit, banyak sekali literasi ekonomi yang penulis dapat pelajari, aplikasikan maupun kedepannya menjadi salah satu aksi positif untuk menjadikan sumber daya manusia maupun sumber daya alam lebih berdaya guna dan menghasilkan lebih, lebih, dan lebih meningkat terus dari biasanya.

Cerahnya udara pada hari Kamis, 17 Oktober 2019, secerah para narasumber (Bapak Bobby P Manulang, sebelah kiri, Pak Kamaludin, manajer bidang ekonomi Dompet Dhuafa) serta Bapak Eman sebagai salah seorang petani binaan Dompet Dhuafa,  memberikan keterangan dan penjelasan mengenai 

kehidupan para warga Desa Cirangkong, salah satu tempat penulis dan para blogger menikmati langsung kehidupan warga di perkebunan binaan Dompet Dhuafa.

Dari penjelasan Bapak Bobby, meleklah penulis mengenai Wake Up wakaf, yang intinya dalah harapan untuk membangu,  kerangka membangunkan kembali kesadaran masyarakat dalam berwakaf, yang selama ini kita kenal dekat dengan 3 M, makam madrosah, masjid.  Dan mungkin tidak terpikir ada objek lain yang dapat dikelola menjadi produktif. 

Berhikmah pada sejarah Wakaf yang terkenal dari kisah sahabat Rasululloh SAW, yaitu Umar Bin Khotob yang saat itu menangis di hadapan Rosululloh, serta ingin menyerahkan tanahnya di Khaibar untuk perjuangan Rasululloh, karena tanah itu telah membuatnya asyik mengurusinya sehingga sering telat sholat berjamaah. 

Uniknya, Rosululloh berkata, Jangan! Lebih baik tanah itu terus dikelola, tapi apa yang tumbuh di tanah itu sedekahkan. Sehingga tumbuh kesan pertama wakaf itu untuk kegiatan produktif, seperti di Turki saat ini wakaf telah menjadi peradaban, sebuah ekonomi yang mampu menyejahterakan rakyat. Hal ini tentu saja berbeda dengan Indonesia yang mengidentikkan wakaf lebih dekat yang 3 M tersebut.

Penjelasan Mengenai Lahan Produktif - Doc.Susanti
Penjelasan Mengenai Lahan Produktif - Doc.Susanti

Lantas, aset wakaf apa sajakah yang telah dikelola secara produktif oleh Dompet Dhuafa?

Waw! Luar Biasa!

Dari keterangan Pak Kamaludin, serta langsung berjalan-jalan menikmati semua area perkebunan, tahulah saya akan banyak hal. Hal yang membuat penulis sangat bersyukur dapat menikmati literasi ekonomi dari luasnya perkebunan nan menyejukkan mata serta hati, Perkebunan Indonesia Berdaya.

Perkebunan Indonesia Berdaya- Dok. susantihara
Perkebunan Indonesia Berdaya- Dok. susantihara

Kebun Indonesia berdaya merupakan kolaborasi dari zakat, wakaf, dan program dari Dompet Dhuafa. Pada awalnya, mencermati banyaknya petani biasa sampai hari ini masih menjual nanas di pasaran dengan harga Rp.1000,- sampai Rp1.500,- per buah, tentu bukanlah hal yang terlalu menguntungkan bagi petani itu sendiri.

Melihat potensi yang ada, kemudian memerhatikan tingkat kemiskinan para petani, menjadi latar belakang pengelolaan Kebun Indonesia Berdaya. Kemiskinan para petani menjadi perhati utama, kemudian terlihat potensi daerah Subang dengan nanasnya, dan ada market atau pasar yang luas sebenarnya. Melihat kolaborasi 3 komponen tsb; dari segi sumber daya manusia, aset, dan pasar, maka tercetuslah Perkebunan Indonesia Berdaya. 

Biasanya, lahirnya industri, lengkap dengan mesin canggih dan modern, akan mematikan sesuatu yang sudah ada. Toh tentu saja para pemilik industri akan berpikir, "kalau pakai mesin hasilnya bisa lebih cepat dan lebih banyak, kenapa harus pakai tenaga orang?"

 Hal ini tentu akan mematikan mata pencaharian penduduk desa, dimana sehari-hari mereka sangat akrab dengan perkebunan, pertanian, maupun peternakan. Sehingga untuk perbedayaa masyarakat sekitar, Dompet Dhuafa menggunakan konsep  ,  jadi dikirim masyarakat sudah setengah proses berupa pengupasan kemudian diolah di pabrik hingga menjadi produk bernilai dalam dunia industri. Dimana rencananya, semua eleman sari buah akan diolah, ada diproses menjadi ekstrak buah nanas, selai,dll.

Untuk pengolahan buah nanas yang siap memasuki dunia industri, maka dibangunlah RISIN (Rumah Industri Pengolahan Nanas). Risin menjadi tempat pengolahan buah Nanas, sehingga memiliki nilai jual dan nilai tambah dari buah nanas itu sendiri, dimana asam buah nanas dapat digunakan sebagai perasa minuman lain, serta menjadi cita rasa  bahan sari buah kemasan, dan produk lainnya.

RISIN masih dalam penataan-Doc. Susantihara
RISIN masih dalam penataan-Doc. Susantihara

RISIN ini akan beroperasi sekitar Januari atau Februari 2020. Saat ini masih persiapan setting mesin yang ternyata memerlukan waktu hingga hitungan bulan. Mesin dalam ruangan RISIN ini disetting multiguna, tidak hanya untuk pengolahan nanas saja, tapi bisa digunakan untuk pengolahan cabe, pengolahan bawan, pengolahan buah naga, dan pengolahan lainnya yang kemudian dibuat produk dibuat dalam bentuk ekstrak.

Pemberdayaan RISIN ini sangat luas cakupannya. Biasa market pasar penjualan nanas  hanya sediki. Dengan adanya RISIN, tentu saja produksi industri nanas akan lebih meluas. Untuk konsep kedepannya akan dibuat kelompok pertani pertama yang a akan menggarap 22 hektar untuk plasma kebuhnya, dan kedua ibu-ibu pengupas nanas dengan konsep pengupasan mata nanas harus bersih karena target pasar meluas hingga ranah industri. RISIN industri akan memerlukan 160 ton per tahun produksi  ekstrak nanas dengan konsep-konsep pemberdayaan yang telah terstruktur, ada petani, ada pengupas, serta ada rumah pengolahan nanas dibuat selai serta diekstrak.

Saat pemberdayaan program terus meningkatkan metode-metode perbaikan, baik dari peningkatan masyarakat penjual nanas, mapping pasar jaringan market, kerjasama industri usaha penyerap hasil nanas kupas dimana ada metode perbaikan nanas kupas mengalami durasi perjalanan, sehingga harus memperbaiki atau menyempurnakan sampai industri tidak  banyak yang reject, atau rusak selama perjalanan hingga sampai ke tempat perindustrian. 

Untuk pemasaran, perkebunan Indonesia Berdaya sudah bekerja sama dengan Pemda. Saat ada tamu Pemda, mereka mengajak untuk berkunjung ke kebun ini, ataupun memesan buah-buahan dari tempat ini.

Mejaga harga agar stabil tentulah tidak mudah. Apalagi jika banyak pesaingnya. Maka menjaga mutu menjadi prioritas utama. Sehingga ketika di tempat lain harga jatuh, harga  di perkebunan ini tetap stabil dengan kelebihan-kelebihan tertentu, misalnya, penanaman secara organik tanpa bahan kimia hingga konsumen merasakan perbedaan khasiat dan rasanya. Jaga program mutu dan kualitas hingga punya pasar sendiri, menjadi target utama dalam pengembangan pengolahan perkebunan.

Area perkebunan yang luas-Doc. Susantihara
Area perkebunan yang luas-Doc. Susantihara

Dalam kesempatan ini, Pak Bobby mengajak masyarakat sebanyak-banyaknya untuk menggalang wakaf pengembangan Perkebunan Indonesia Berdaya. Dengan mengubah mind set kontra produktif.  Di mana kita ketahui bersama kalau wakaf identik dengan kalangan berduit, orang kaya dengan puluhan juta, memilliki tanah lebar dan luas. Nah, pada kesempata ini, Pak Bobby menjelaskan bahwa dengan Rp10.000,- siapapun sudah bisa mengikuti program sejuta waqif dompet dhuafa atau sejuta pendonor.  Sepuluh ribu apabila digabungkan bisa menjadi rumah sakit, bisa menjadi lembaga pendidikan, bisa menjadi lahan produktif, di mana intinya pada saat ini betapa mudahnya berwakaf. Apalagi setelah melihat langsung adanya perkebunan Indonesia Berdaya dan sentra ternak di area tersebut.

Petani penerima manfaat pada awalnya 30 Kepala Keluarga, untuk industri ada 10 SDM untuk operasional, yang intinya baru 40, nanti sekitar 12 desa akan terlibat. Karena program ini ada penerima manfaat langsung, maupun memberdayakan petani di skeitar. Untuk meningkatkan menstabilkan suplai ke industri, harga nanas dari pekebun dipatok dengan harga 2500 yang biasanya lebih rendah dari harga tsb. Harga jauh lebih baik untuk masyarakat sekitar.

Menurut Pak Bobby wakaf produktif bisa melibatkan siapapun. Khusus kebun Indonesia Berdaya saat ini 10 hektar. Menurutnya, membuka lahan produktif sekaligus menyelamatkan aset umat. Terbayang kalau daerah tersebut menjadi spekulasi tanah dan hanya dikuasai kalangan tertentu. Agar tanah seluas-luasnya dibebaskan dan dapat kembali kepada masyarakat menjadi lahan produktif dengan target 200 hektar bertahap dalam beberapa tahun kedepan, maka siapapun bisa mengikuti program wakaf ritel 10ribuan.

Bagi siapapun yang ingin berwakaf di Kebun Indonesia Berdaya bisa memiliki 1 kavling wakaf seharga 125 juta, luasnya 1.000 meter persegi. Akan ditawarkan secara lelang, termasuk tanahnya, 50 juta untuk pengolahannya atau pembangunan lahan beton, pembibitan pemeliharaan sampai berbuah, dan di kavling tersebut akan dibangun bungalow tempat waqifnya saat berkunjung. 50 juta akan dikembalikan kepada waqf selama 50 tahun kedepan, akan disisihkan dari setiap hasil panen per tahun cicilan pengembalian. Kalau ongkos produksi tidak dikembalikan. Wakaf atas nama pribadi ataupun komunitas pun tentu saja bisa. Mau dikunjungi kapanpun untuk beraktivitas atau mengadakan kegiatan komunitas pun tentu saja bisa sehingga menjadi monumen wakaf dhuafa. Uniknya lagi, wakaf bisa dicicil selama 6 bulan hingga nominal mencapai 125 juta.

Dalam perkembangannya generasi milenial pun ikut berwakaf. Melalui pendekatan tanpa melihat berapa besar donasinya dari mereka yang kuliah targetnya 10ribuan.  Pada awalnya Dompet Dhuafa pernah intens pada orang kaya, pendekatan husnul khotimah. Namun sekarang generasi milenial pun mengikuti gerakan wakaf ini. tentunya generasi ini merasa tapi mati masih lama. Namun bagusnya sense kemanusiaannya tinggi, kalau dulu kepada orang kaya menjelaskan kematian sekarang kepada generasi milenial menjelaskan manfaatnya.

Sebenarnya ada 4 pilar pengembangan aset wakaf, yaitu: pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosial budaya. Dan hari ini pembahasan penulis intens pada wakaf bidang ekonomi di antara semua aset yang ada. Perkembangan gerakan wake up wakaf ini dengan adanya perluasan kavling menambah produktivitas, dan pastinya akan lebih banyak dhuafa terlibat dan keterlibatan masyarakat lainnya. Tentu saja bisa mensejahterakan, serta pahalanya mengalir terus selama mendapatkan manfaat dari jariah kita.

Penjelasan perkembangbiakan nanas-Doc: Susantihara
Penjelasan perkembangbiakan nanas-Doc: Susantihara

Selama mengikuti kegiatan, penulis diajak berkeliling perkebunan dan peternakan dengan segala fasilitasnya. Petugas begitu setia menemani perjalan kami menjelajahi perkebunan serta menjelaskan segala sesuatu yang ada di perkebunan. Misalnya saja, untuk mengetahui pohon buah naga dan buah naga putih bisa dilihat pada bagian pinggir batang putih atau merah, terus pohon buah naga merah lebih produktif dari pohon buah naga putih. Untuk mengembangbiakkan pohoh nanas, tinggal tanam anakannya yang bagus-bagus, dll.

Kami juga diajak ke tempat Pemberdayaan peternakan kandang kambing, yang kurang lebih berkapasitas 300-500 ekor untuk persiapan kurban. Konsepnya membentuk paguyuban masyarakat kelompok tani untuk mengelola ternak tersebut. 

Kunjugan ke sentra ternak-Doc. SusantiHara
Kunjugan ke sentra ternak-Doc. SusantiHara

Di sentra ternak inilah saya belajar tentang silase, bagaimana memproses pakan untuk ternah peliharaan mereka

Proses silase-Doc. Susanti
Proses silase-Doc. Susanti

Bukan hanya itu saja, di sentra ternak ini, penulis menemukan sesuatu yang unik untuk diceritakan. Betapa ulet, tekun, dan perhatiannya para petugas yang termasuk generasi milenial ini merawat ternak yang sudah kehilangan ibunya. Mereka merawat ternak layaknya bayi manusia. Mereka memberikan susu SGM dengan campuran lainnya sebagai pengganti ASI ibunya yang telah tiada.

Pemberian makan ternak-Dok. Susanti Hara
Pemberian makan ternak-Dok. Susanti Hara

Unik, bukan?

Disaat generasi milenial seusia mereka asyik dengan dunia digital dan gadgetnya, sedangkan para petugas ini harus asyik mengurusi ternak. Penulis merasa salut dengan perjuangan mereka. Oh ya, di tempat ini sinyal internet itu lumayan susah, meskipun ada tapi tidak sebagus ketika berada di luar area perkebunan ini. 

Dari salah seorang petani, penulis bisa langsung mendapat penjelasan betapa hadirnya Dompet Dhuafa ini sangat membantu mereka. Bantuan berupa moda, maupun keuangan disaat mereka membutuhkan menjadi sangat mudah, mengingat panen waktunya berbulan-bulan bahkan tahunan. Selain itu pembinaan kepada masyarakat sekitar yang begitu mereka rasakan perbedaannya. Setelah adanya Dompet Dhuafa di Desa Cirangkong, Kecamatan Cijambe, Subang Jawa Barat mereka lebih merasakan kemudahan hidup meskipun sebagai petani di daerah terpencil.

Perkebunan Indonesia Berdaya, semoga  menginspirasi gerakan kebaikan lainnya sehingga berkembang menjadi komunitas yang membawa perubahan. Misalnya saja menggunakan produk dalam negeri dan tidak tergantung pada produk impor, mempromosikan praktik hidup berkelanjutan dengan saling memberdayakan. Melalui upaya ini dapat berkontribusi yang berkelanjutan dengan hasil menggembirakan, sehat, dan menjadi kekuatan besar dalam menaungi kaum dhuafa dan lainnya

Jangan ragu untuk segera berwakaf. Berwakaf dengan sepuluh ribu rupiah, seakan berwakaf semudah kita tersenyum dan saling sapa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun