Peran perempuan dalam masyarakat kini semakin menonjol, bahkan dalam beberapa aspek menunjukkan kompetensi yang melebihi laki-laki. Fenomena ini tak lepas dari pengaruh gerakan feminisme yang memperjuangkan keadilan dan kesetaraan gender. Meski begitu, sebagian kalangan menolak konsep ini karena dianggap bertentangan dengan syariat atau berasal dari budaya Barat.
KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memiliki pandangan berbeda. Dalam buku "Gus Dur di Mata Perempuan", ia mengajak masyarakat untuk tidak terjebak pada pelabelan "Barat" atau "Timur" dalam menilai ide. Setiap gagasan harus diuji secara kritis dan diambil sisi positifnya. Bagi Gus Dur, nilai-nilai feminisme yang memperjuangkan keadilan sejalan dengan semangat Islam.
Islam, melalui ajaran tauhid, membawa misi pembebasan yang mencakup seluruh umat manusia tanpa diskriminasi. Nabi Muhammad SAW membebaskan manusia dari belenggu penyembahan palsu, menegaskan kesetaraan manusia tanpa memandang ras, suku, maupun gender, serta membela kaum tertindas, termasuk perempuan. Islam juga menempatkan laki-laki dan perempuan sebagai khalifah di bumi, dengan tanggung jawab yang sama dalam berbuat kebaikan.
Pemikiran Gus Dur menunjukkan bahwa Islam pada hakikatnya mendukung kesetaraan, keadilan, dan penghormatan terhadap perempuan. Perempuan memiliki hak dan kapasitas yang sama untuk berperan dalam ruang publik, termasuk menjadi pemimpin. Ini bukan penyimpangan dari ajaran Islam, melainkan justru penguatan nilai-nilai keadilan yang diajarkan Rasulullah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI