“Alam ini ya harus diperlakukan baik, maka alam akan memberikan hal yang baik kepada kita” ujar Umi.
Mengisi Waktu Luang
Pernikahanlah yang membawa Umi pindah ke desa nelayan Morodemak, Demak. Supiyan, suami Umi adalah seorang nelayan tradisional dengan ukuran perahu hanya 5 meter. Setiap hari Umi disibukkan dengan urusan domestik, mulai dari membersihkan rumah, mengurus anak hingga mengurus perbekalan suami sebelum melaut.
Sebelum bergabung dengan Puspita Bahari, Umi memiliki waktu luang yang cukup banyak. Pada pukul 12.00 siang biasanya Umi sudah bisa sedikit santai sambil menunggu anak-anaknya pulang sekolah. Mayoritas perempuan nelayan di daerahnya melakukan hal yang sama, namun berbeda dengan perempuan nelayan yang terlibat dalam kelompok Puspita Bahari.
Ditambah lagi Umi pernah menonton ketua Puspita Bahari yaitu Mba Nuk atau Masnuah di televisi dan berkisah tentang perjalan panjangnya memperjuangkan perempuan nelayan.
“Saya tahu Mba Nuk, dia perempuan yang pernah bikin geger kampung ini. Karena dulu perempuan itu ya meneng wae nang omah (diam saja di rumah). Di pukul ya diam, ditendang ya diam, dikasih uang sedikit ya artinya ngutang. Nah Puspita Bahari yaitu Mba Nuk itu yang membuat perempuan sadar untuk tidak pasrah kebangeten” Ujar Umi
Selain itu, Umi sering melihat Mba Nuk aktif dibeberapa kegiatan pemberdayaan masyarakat dan membantu nelayan-nelayan yang sudah tua untuk mendapatkan akses pengobatan gratis. Pada tahun 2015, Uminatus Sholikah akhirnya memutuskan untuk bergabung untuk memperjuangkan hak-hak perempuan nelayan.
Baginya keputusan bergabung dengan Puspita Bahari bukan sekedar untuk mengisi waktu luang, keterlibatannya dalam kelompok perempuan lebih kepada keinginannya mendorong perempuan nelayan untuk lebih mandiri dan sejahtera.
“Saya juga berpikir, penting untuk mendorong perempuan untuk sadar akan pentingnya pendidikan” tambah Umi
Menjadi Api
Hari ini aktifitas Umi kian padat. Ia bukan hanya membantu warga nelayan untuk mendapatkan informasi tentang kartu nelayan dan BPJS kesehatan. Dalam pada itu, Umi terus mendorong perempuan nelayan untuk menyadari hak-haknya.