Mohon tunggu...
Susana ClaudiaCristina
Susana ClaudiaCristina Mohon Tunggu... Promotor Kesehatan di UPTD Puskesmas Sita, Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Timur

Konsen pada Kesehatan Masyarakat dan sedang belajar di Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah Mada

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bae Sonde Bae, NTT Lebe Bae Tanpa Stunting : Krisis Air Bersih dan Ancaman Stunting di NTT

28 September 2025   02:02 Diperbarui: 28 September 2025   02:02 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Air bersih adalah kunci memutus siklus stunting. Pertama, air layak menjamin makanan anak dan ibu hamil aman dari kontaminasi. Kedua, ketersediaan air cukup memungkinkan praktik kebersihan rutin, seperti mencuci tangan dengan sabun, membersihkan peralatan makan, dan menjaga kebersihan rumah. Tanpa air, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sulit diterapkan secara konsisten.
Studi Mulyaningsih dkk. (2021) menunjukkan risiko stunting 36% lebih tinggi pada anak yang tidak memiliki akses air bersih. Kalinda dkk. (2023) menambahkan, penggunaan air keran mampu mengurangi risiko stunting hingga 75%. Ini menunjukkan bahwa intervensi air bersih sama pentingnya dengan pemberian makanan bergizi. Tanpa air aman, gizi baik sekalipun bisa hilang sia-sia akibat infeksi.
Dalam konteks NTT, air bersih adalah "kunci awal" strategi penurunan stunting. Pembangunan gizi tanpa memperhatikan akses air ibarat mengisi ember bocor---nutrisi ditambah, tetapi tubuh tetap gagal tumbuh. Oleh karena itu, penyediaan air bersih harus diprioritaskan setara dengan program perbaikan gizi.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Mengatasi stunting di NTT tidak cukup hanya dengan memberikan makanan bergizi. Diperlukan strategi lintas sektor yang melibatkan pemerintah, masyarakat, dan individu. Langkah praktis meliputi:

  • Memperluas cakupan PDAM hingga pelosok desa dan berinvestasi pada teknologi penyediaan air di daerah kering.
  • Masyarakat aktif menjaga kebersihan lingkungan, mengelola limbah, dan membiasakan cuci tangan pakai sabun. Air yang tidak aman harus dimasak hingga mendidih sebelum digunakan.
  • Edukasi ibu hamil dan keluarga balita mengenai gizi, ASI eksklusif, kebersihan makanan, dan perilaku hidup bersih.
  • Kolaborasi lintas sektor, termasuk swasta dan LSM, mendukung program WASH (Water, Sanitation, and Hygiene).
  • Pemberdayaan komunitas menjadi kunci keberhasilan. Desa-desa dapat dilatih membangun sistem sanitasi sederhana dan mengedukasi keluarga tentang PHBS, sehingga program berkelanjutan meski dengan keterbatasan sumber daya.

Penutup

Selama ibu seperti Muet masih harus menempuh jarak jauh untuk mendapatkan air, perjuangan melawan stunting di NTT tetap berat. Namun, dengan kerja sama lintas sektor, kepedulian masyarakat, dan komitmen pemerintah, NTT dapat mewujudkan generasi bebas stunting.

Bae sonde bae, NTT lebe dan harus bae tanpa stunting.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik NTT. (2023). Statistik Air Bersih Provinsi NTT 2023. Kupang: BPS.

Badan Pusat Statistik NTT. (2025). Persentase Penduduk Miskin Maret 2025. Kupang: BPS.

Cumming, O., & Cairncross, S. (2016). Can water, sanitation and hygiene help eliminate stunting? Maternal & Child Nutrition, 12(Suppl 1), 91--105.

Humphrey, J. H. (2009). Child undernutrition, tropical enteropathy, toilets, and handwashing. The Lancet, 374(9694), 1032--1035.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun