"Iya, Yah. Tapi ke depannya pasti daerah sekitar stasiun ini bakal berkembang pesat," jawabnya sambil tetap menatap layar.
Aku tersenyum. Anakku mungkin terlihat cuek, tapi dia cukup paham soal perkembangan kota. "Benar juga. Biasanya, daerah dekat stasiun akan tumbuh jadi pusat keramaian," tambahku.
Kecepatan kereta semakin meningkat. Aku melirik ke papan informasi digital di dalam gerbong. Angka yang tertera di sana membuatku terkesima---331 km/jam. "Wow, ini lebih cepat dari naik mobil Jakarta-Bandung," gumamku.
Tanpa terasa, perjalanan mendekati akhir. Kami tiba di Stasiun Padalarang, yang menjadi titik transit sebelum melanjutkan ke Bandung. Dari sini, kami turun dan berpindah ke kereta feeder yang sudah termasuk dalam harga tiket.
Meskipun perjalanan dengan kereta feeder lebih lambat, pengalaman naik Whoosh sungguh luar biasa. Dengan waktu tempuh kurang dari satu jam dari Jakarta ke Padalarang, rasanya revolusi transportasi di Indonesia benar-benar sudah dimulai. Kami sekeluarga tersenyum puas---ini bukan sekadar perjalanan, tapi juga bagian dari sejarah baru di dunia perkeretaapian Tanah Air.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI