Dari Kelas ke Garis Depan Pendidikan: Sebuah Babak Baru
Suryan Nuloh Al Raniri, M.Pd
Pengawas Sekolah Kabupaten SumedangÂ
Penulis Buku "Onderwijs Innovatief"
Perjalanan selama menjadi guru begitu terjal dan berliku, pertama kali bertugas tahun 2009 di sekolah yang jauh dan penuh resiko kata sebagian besar rekan sejawat. Namun hal tersebut tidak menyurutkan langkah kaki untuk mengabdi sepenuh hati memperbaiki kualitas pendidikan. Suka duka dirasakan, berjalan diatas tanah yang longsor, terjatuh dari sepeda motor, berpapasan dengan gerombolan bagong, menaiki rakit saat membagikan raport siswa, sampai kepada bertemu hantu melayang. Semuanya tidak ada yang kebetulan, hanya orang-orang yang memiliki pola pikir bertumbuh (growth mindset) dapat bertahan sampai 16 tahun. Berbagai prestasi telah dicapai oleh sekolah dalam menghantarkan murid meraih cita-citanya. Beasiswa Sampoerna foundation, Olimpiade Sains Nasional, Festival seni, Lomba Karya Tulis Ilmiah, sampai kepada Liga Pelajar.Â
Setelah enam belas tahun yang berharga berdiri di depan kelas, menghirup aroma kapur, mengejar siswa yang membolos dan menyaksikan metamorfosis generasi demi generasi, hari ini saya berdiri di sebuah persimpangan baru. Bukan lagi sebagai guru yang mendidik siswa secara langsung, melainkan sebagai Pengawas Sekolah.
Perjalanan dari guru biasa menjadi seorang pengawas adalah sebuah evolusi yang didorong oleh semangat belajar dan keinginan untuk membawa perubahan yang lebih luas. Enam belas tahun sebagai guru bukanlah waktu yang singkat. Setiap jam pelajaran, setiap interaksi dengan siswa, orang tua, dan rekan sejawat telah mengukir sebuah pemahaman mendalam tentang ekosistem pendidikan. Pengalaman ini adalah fondasi yang tak ternilai.
Titik balik krusial dalam karier ini datang melalui Program Guru Penggerak. Program ini bukan sekadar pelatihan; ia adalah sebuah pemantik yang menyalakan kembali visi, mengasah kepemimpinan, dan mentransformasi pola pikir. Melalui Guru Penggerak, saya belajar untuk tidak hanya memimpin di dalam kelas, tetapi juga memengaruhi dan menggerakkan komunitas sekolah secara holistik. Program ini memberikan karpet merah bagi saya untuk membuka mata, bahwa potensi perubahan terbesar terletak pada kemampuan untuk memberdayakan guru lain dan memastikan bahwa kebijakan pendidikan benar-benar diterjemahkan menjadi praktik terbaik di lapangan.
Kini, babak baru telah dimulai. Pada usia 39 tahun saya pindah jabatan menjadi Pengawas Sekolah. Hal ini bukanlah akhir dari mengajar, melainkan perluasan dari tanggung jawab mendidik. Jika dahulu ruang lingkup saya terbatas pada satu kelas atau satu sekolah, sekarang ruang gerak saya meluas untuk mendukung dan memfasilitasi peningkatan kualitas pembelajaran di banyak sekolah.