"Mas, tolong bukakan password ini" Kata Mr. X sambil menyodorkan laptop kepada saya. Saya melihat sejenak ternyata password yang harus dibuka berupada data terenskripsi yang dikompresi dengan software yang populer saat itu.Â
"Apaan itu ?" Tanya saya.
"Itu soal untuk serfifikasi ***, kalo bisa saya kasih 3 juta dan ada bonus kalo ada teman saya yang mau."
3 juta itu nilai yang sangat besar saat itu. Peristiwa itu terjadi sekitar akhir 90an. Saya sempat terdiam dan berpikir. Sebagai mahasiswa tentu butuh uang uang untuk biaya kuliah dan kebutuhan hidup.Â
"Maaf pak, saya tidak bisa." jawab saya singkat.Â
"Jika tidak bisa ya tidak apa-apa, saya akan cari orang lain." Kata Mr. X sambil pergi dan membawa laptopnya
Kemudian teman saya bertanya "Kenapa elu ga mau ?"Â
"Ngeri gue, jangan-jangan dia intel BAKIN." Jawab saya. "Kalau lu mau bongkar itu password kuncinya ada di HRD." Teman saya masih bingung padahal dia kerja di institusi tersebut sebagai tenaga IT (teknologi Informasi). Setelah ujian dilaksanakan ternyata passwordnya adalah gabungan tanggal lahir. Â
BAKIN (Badan Koordinasi Intelijen Negara) lembaga yang sangat ditakuti pada era Orde Baru. Pada masa itu juga ada beberapa hacker menjadi buron pemerintah Orde Baru. Membayangkan diciduk tim mawar sudah menjadi kengerian sendiri, meski saya sering juga bantu para hacker menyerang web pemerintah. Tetapi itu hanya menjadi sejarah. Saya lebih memilih menjadi pengembara keliling pulau Kalimantan dengan mengandalkan kemampuan sebagai teknisi dan juga pengajar. Jiwa pengembara saya tidak pernah mati, sehingga membuat saya tidak pernah betah disuatu tempat. Terus menelusuri jalan-jalan sunyi dan terpencil di Kalimantan.Â