Mohon tunggu...
Anton Surya
Anton Surya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana

Pengelana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Penari (1)

20 Maret 2020   10:48 Diperbarui: 20 Maret 2020   11:14 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah melewati Nangga Tayap, hujan gerimis berubah menjadi deras. Aku memacu motor untuk menerobos hujan, tetapi hujan tidak menjadi semakin reda melainkan semakin deras disertai kilat dan petir. Aku menepikan motor ke sebuah gubuk untuk berteduh. Gubuk yang cukup nyaman untuk berteduh karena disampingnya ada batu besar. Aku pikir ini gubuk yang biasa di gunakan untuk orang berladang karena didepanya ada kursi panjang dari papan kasar.

Berteduh sendirian membuatku bosan. Aku mencoba menenangkan diri dengan menyalakan rokok yang tidak sengaja aku temukan di bawah kursi. Sunyi dalam kesendirian membuatku mengantuk. kemudian aku mencoba untuk berbaring di kursi. mataku terpejam dan tertidur.

Tidak lama setelah kemudian, Aku mendengar suara wanita membangunkanku. "bang.. abang...bangun jangan tidur disini ayo pindah kedalam."

Aku terbangun dan mencoba mengucek-ucek mataku seakan tidak percaya bahwa ada dua wanita muda di tempat sepi ini. 

"Adik siapa ?" aku coba bertanya 

"Saya Nawang dan ini teman saya, Erin. Saya anak pemilik gubuk ini. Sebenarnya kami mau latihan menari, tetapi karena hujan kami juga berteduh disini" kata Nawang. 

"Dimana tempat kalian menari ?"

"Di belakang pondok ini, itu dia" Kata Nawang sambil menunjuk sebuah bangunan dibelakang pondok. Aku tidak menyangka ada bangunan cukup besar yang tertutup rimbunya pepohonan. 

"Sekrang hujan sudah reda, Kami mau ke tempat latihan. Ayo jika abang mau melihat kami latihan"

"boleh" jawabku singkat. pikirku daripada sepi sendirian di pondok.

Aku cukup terkejut saat masuk bangunan itu. Ternyata bangunan tempat latihan itu cukup luas dan memiliki lampu-lampu cukup terang.

Kemudian Nawang dan Erin berganti kostum warna emas dan juga masing-masing memegang sebuah topi caping. Mereka mulai menari dengan diringi musik dari gadget yang mereka bawa. 

Dengan gemulai mereka menari, aku menikmatinya. Gerakan demi gerakan gemulai dan lincah membuatku terpesona. seakan aku melihat bidadari dari kahyangan turun untuk memberi pertunjukan terbaik. Mataku tidak pernah lepas melihat mereka menari. Indah, sungguh indah membuatku terhibur pada kepuasan yang tidak pernah aku rasakan. Mereka mencoba mengajakku menari tetapi aku hanya ingin menonton saja. Buaian tarian membawa aku pada alam yang tinggi. Ektase kehidupan kurasakan kini.

"bang, bangun" aku mendengar suara pria membangunkan diriku. Aku tersadar dari bangun ternyata sudah diatas batu.

"kemana mereka ?" tanyaku pada pria yang membangunkanku

"siapa mereka ?" tanya balik pria itu 

"Nawang dan Erin" jawabku 

"Saya tidak tahu. jawab pria itu" balas pria itu

Aku terhenyak kebingungan. Memikirkan peristiwa semalam

Bersambung 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun