Dulu, saya adalah orang yang suka bertanya kurang lebih seperti ini :
'Ngapain sih ada kuliah jurusan komunikasi ??'Â
'Emang pada ga bisa ngomong apa ??'Â
'Apa yang mau dipelajarin coba, ngomong doank..'
Hingga saya bekerja pada sebuah perusahaan yang lumayan besar itu thu, saya menyadari betapa seringnya terjadi miss komunikasi , baik antar departemen, ataupun antar personal (orang per orang). Komunikasi menjadi hal penting yang terkadang kita remehkan dan dianggap kecil, padahal efeknya sungguh besar.
Dalam bekerja, kita mungkin sering menggunakan persepsi dan asumsi kita, padahal sesungguhnya belum tentu asumsi yang kita buat benar. Pernah donk ada di posisi dimana kita skak mat sama atasan dan hanya bisa menjawab: 'saya kira...' atau mungkin 'saya pikir..' yang ujung-ujungnya bikin atasan melotot layaknya suster cantik di lagu ambulance zig-zag.
Sesungguhnya dibalik kata 'saya kira' dan 'saya pikir' itu ada komunikasi yang terputus dan tidak tersampaikan dengan baik antara di pemberi pesan dengan si penerima pesan yang dibatasi oleh kesoktahuan si penerima pesan, atau mungkin kalimat ambigu yang disampaikan oleh si pemberi pesan.
Netizen Negara +62 yang memang dikenal memiliki barisan jari-jari yang kejam dan ascet (asal pencet) ini pun banyak yang membully artis tersebut melalui media social, dianggapnya artis tersebut malu dengan Indonesia dan terkesan menampikkan Indonesia sebagai tanah airnya
Padahal, kalau mau di telaah lebih lanjut, mungkin saja ada komunikasi yang terputus antara si pendengar potongan video tersebut dengan artis tersebut, atau mungkin antara artis tersebut dengan si pewawancara. Toh, kita tidak tau kan apa yang dimaksud artis tersebut dengan kata 'darah Indonesia' yang menjadi kontroversi.
Bisa jadi dia mengartikannya : A