Dalam kondisi ini, laporan keuangan berfungsi sebagai alat pengawasan. Transparansi menurunkan biaya modal karena investor lebih percaya, sementara penyembunyian informasi justru meningkatkan risiko dan menurunkan reputasi.
Teori sinyal (signaling theory) berangkat dari adanya asimetri informasi, yaitu kondisi di mana manajer tahu lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan investor. Untuk mengurangi ketidakpastian, perusahaan berkinerja baik biasanya secara sukarela memberikan laporan tambahan di luar kewajiban formal.
Tindakan ini berfungsi sebagai sinyal positif yang meningkatkan kepercayaan pasar dan menurunkan cost of capital.
Asimetri Informasi dan Dampaknya
Ketika informasi tidak seimbang, investor menuntut premi risiko yang lebih tinggi. Perusahaan akhirnya harus menanggung biaya modal lebih besar. Oleh karena itu, transparansi menjadi kebutuhan, bukan sekadar pilihan.
Jika perusahaan enggan membuka informasi, konsekuensinya bisa berupa:
- Hilangnya kepercayaan investor
- Reputasi perusahaan merosot
- Akses pembiayaan semakin terbatas
Sebaliknya, manfaat melaporkan informasi dengan baik sangat signifikan:
- Biaya modal lebih rendah
- Saham lebih likuid
- Akses pembiayaan lebih luas
Biaya vs Manfaat Laporan Keuangan
Dalam konteks regulasi akuntansi, setiap kebijakan tentu membawa konsekuensi. Perusahaan perlu mempertimbangkan biaya dan manfaat dari pelaporan keuangan yang mereka lakukan.
Biaya Tidak Melaporkan Informasi dengan Baik
Perusahaan yang memilih untuk menahan atau meminimalkan pelaporan informasi berisiko menghadapi berbagai kerugian, antara lain:
- Hilangnya kepercayaan investor. Investor akan meragukan kredibilitas perusahaan yang tidak transparan.
- Reputasi perusahaan menurun. Reputasi adalah aset jangka panjang. Sekali rusak, sulit diperbaiki.
- Biaya modal meningkat. Investor akan menuntut tingkat pengembalian yang lebih tinggi (risk premium) jika informasi yang diterima tidak lengkap.