Mohon tunggu...
Si Kito
Si Kito Mohon Tunggu... -

ikan sejerek, bere secupak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mari Belajar dari Persahabatan SBY dan Gus Dur

25 Juli 2018   16:10 Diperbarui: 25 Juli 2018   16:13 1037
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: suratkabar.id

Pertemuan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Prabowo Subianto tempo hari sungguh melegakan hati saya. Dari layar kaca saya melihat betapa keduanya adalah negarawan. Tampak benar kehangatan, keakraban, bahkan kerinduan kedua mantan purnawirawan jenderal tersebut. Meski beberapa kali berkompetisi politik, rakyat Indonesia semakin paham bahwa sesungguhnya mereka adalah sepasang sahabat.

Persahabatan mereka lantas mengingatkan saya pada hubungan antara KH Abduraham Wahid (Gus Dur) dan SBY. Saya paham selama ini publik selalu saja dicekoki stigma negatif bahwa Gus Dur dan SBY itu "bermusuhan". Padahal faktanya tidak demikian.

Kalaupun Gus Dur mengkritik saat SBY menjabat Presiden RI ke-6, itu adalah sesuatu yang wajar. Sebagai tokoh bangsa, Gus Dur tentu harus menyatakan pandangannya, sama seperti Megawati yang juga kerap mengkritik SBY. Toh, semua kritik itu disambut SBY dengan sopan santun dan lapang dada. Bukankah, tak pernah sekalipun kita mendengar SBY balas mengkritik Gus Dur ataupun Megawati?

Kembali ke Gus Dur, kita tentulah paham betapa SBY amat menghormati Guru Bangsa tersebut. Bahkan saya pernah membaca SBY mengaku belajar banyak dari seorang Gus Dur. Saat haul keempat Gus Dur di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, SBY menyampaikan lima pemikiran penting yang dipetiknya dari mata air kebijaksanaan Gus Dur.

Pertama, Gus Dur menginginkan hadirnya masyarakat Indonesia majemuk yang rukun. Kedua, Gus Dur dinilai sangat gigih menghilangkan diskriminasi dengan alasan apapun. Ketiga, Gus Dur tidak ingin negara terlalu dominan, sebaliknya mantan Ketua Umum PBNU itu ingin peran rakyat diperbesar dalam setiap kebijakan.

Keempat, lanjutnya lagi, negara tidak berhak untuk mengontrol pikiran warganya bagi masyarakat yang sudah matang dan mengerti ukuran-ukuran semestinya. Karenanya, kebebasan pers, berserikat, dan berekspresi harus mendapat ruang yang layak. Kelima,pemikiran Gus Dur tentang hubungan antara sipil dan militer berlangsung sehat.

Kalau dipikir-pikir, kelima pemikiran Gus Dur ini amat kentara dalam kepemimpinan SBY kala itu. Masyarakat kita rukun meskipun majemuk. Diskriminasi dihapuskan. Negara tidak sekonyong-konyong mau merebut kedaulatan dan privasi rakyatnya. Kebebasan pers dan suara-suara masyarakat sipil mengeliat, hidup dan saling mengisi. Dan tentu saja reformasi TNI dan Polri yang berlangsung progesif.

kalau ditilik-tilik kembali. Justru kelima pemikiran Gus Dur ini terasa sayup-sayup di pemerintahan Jokowi hari ini.

Gus Dur dan SBY adalah sepasang sahabat; bukan musuh. Kalau Gus Dur memandang SBY sebagai musuh, tidak mungkin beliau meminta SBY menjadi saksi pernikahan puterinya. SBY jadi saksi pernikahan untuk Anita Wahid dan Yenny Wahid.  Pendaulatan SBY sebagai saksi pernikahan Yenny Wahid disampaikan oleh Gus Dur sendiri. Waktu itu, Gus Dur ke istana disertai istri dan juga Yenny. Di sanalah Gus Dur langsung mendaulat SBY. Dan tentu saja SBY langsung menerimanya.

Pakai logika saja, mana ada lelaki normal yang membiarkan musuhnya menjadi saksi pernikahan puterinya? Saksi pernikahan puteri kita tentulah seseorang yang kita anggap penting; saudara atau sahabat kita sendiri.

Tak salah saat Gus Dur wafat, SBY amat berdukacita sebagaimana rakyat Indonesia lainnya. SBY bukan hanya memimpin upacara pemakaman Presiden RI ke-4 tersebut, tetapi secara berkala, SBY pun hadir dalam haul Gus Dur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun