Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

November Bulan Kepiting di Desa Jala

19 November 2021   15:17 Diperbarui: 20 November 2021   03:35 1306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teluk Cempi, sebuah teluk yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia di pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat ini merupakan ruang dimana masyarakat pesisir menggantung hidup. Di pesisir teluk, beberapa desa berdiri. Sebagian besar masyarakatnya sabang hari beraktivitas di laut. Laut terhampar luas dengan segala potensinya. 

Masyarakat memanfaatkan sumber daya laut untuk segala kepentingan. Baik secara langsung dengan berlayar di ruang samudra, maupun secara tidak langsung dengan cara menjual segala kebutuhan nelayan.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Desa Jala, merupakan satu dari sekian desa yang masyarakatnya menggantung hidup di laut. Di bulan November kala musim hujan mulai membasahi tanah, nelayan masih mendorong perahu, menjaring ikan, lalu menjualnya. 

Sebelum musim panca roba datang menyapa, nelayan masih terlihat sibuk. Ada yang memperbaiki jaring, mengecek perahu, sibuk menghitung hari, lalu menentukan kapan kembali menghidupkan mesin lalu dengan gagah perahu yang ditunggangi melewati hempasan ombak. 

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Bulan November bisa disebut bulan kepiting. Sebagian besar nelayan akan menjala kepiting. Lokasinya tidak seberapa jauh dari pesisir. Ada yang melepas jaring, mendiamkannya beberapa jam, lalu mengangkatnya. 

Ada pula yang meninggalkannya sejak pagi hari dan mengangkatnya sebelum malam menyapa. Tak ada kekhawatiran diambil atau terbawa arus, karena ada semacam solidaritas yang tak terbahasakan di antara para nelayan.

Selain itu, ada juga nelayan yang masuk sore, melepas jaring, lalu datang keesokan harinya. Mengangkat jaring, kepiting terperangkap, melerainya, lalu di masukan di ember kemudian dijual ke pengepul. Harganya bisa bervariasi tergantung besar kecil kepiting yang di dapat. Tapi perhari ini, November 2021, harga perkilonya berkisar 70-an ribu.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Kepiting hasil tangkapan ini, ketika sampai di pesisir, ada yang menjual langsung ke pengepul, tapi ada pula yang menjualnya kepada pemberi modal atau biasa masyarakat menyebutnya bos. 

Bos ini kadang yang memiliki perahu, jaring dan segala kebutuhan selama nelayan berada di laut. Namun demikian, hasil tangkapan tidak bisa dijual kepada orang lain. Harus kepada bos yang telah memberi modal melaut.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Jenis kepiting yang ditangkap dan dijual adalah kepiting Soka. Kepiting ini biasa hidup di balik bebatuan. Sangat mudah di temui kala air laut surut di teluk Cempi. Teluk Cempi serupa rumah yang nyaman bagi kepiting Soka. Sehingga cukup mudah bagi nelayan setempat mendapatkan kepiting jenis ini. Walaupun pada bulan tertentu kepiting Soka tidak mudah dijaring.

Kepiting ini dijual hingga ke luar pulau Sumbawa. Pengepul yang membeli kepiting, umumnya adalah masyarakat setempat. Kemudian dijual kembali dengan dimasukan terlebih dahulu dengan menggunakan boks yang dicampur es batu. 

Tapi biasanya, setelah dari laut, kepiting langsung dikirim ke luar daerah. Pasalnya jika di simpan terlalu lama, maka harganya bisa turun karena kualitas kepiting yang sudah tidak terlihat segar pagi.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Tapi ada yang miris di sela-sela perbincangan dengan seorang warga di Desa Jala. Sebut saja namanya Purnomo. Menurutnya, dengan limpahan hasil laut yang menggembirakan tersebut, umumnya nelayan di desanya masih hidup seperti biasanya. Tidak banyak yang berubah. Kehidupan nelayan serupa cari pagi untuk makan siang. Bukan kerena penghasilannya, tapi karena pengaturan keuangan yang masih konvensional.

Umumnya masyarakat berpandangan bahwa, ketika mendapatkan banyak keuntungan, maka dengan mudah dihabiskan. Karena berpikir bahwa esok hari dengan yakin akan mendapatkan keuntungan yang sama, tanpa terpikir kendala cuaca dan lain sebagainya.

"Manajemen ekonomi masyarakat yang sangat boros" Terang Purnomo.

Lelaki yang disapa Ipul ini dengan jujur mengungkapkan bahwa, masyarakat pendatang jauh lebih survive dengan keadaan di desanya. Mereka bahkan banyak yang kaya, dibanding umumnya masyarakat setempat. Beberapa di antaranya bahkan mampu mengembangkan usahanya dari hasil tangkapan nelayan di teluk Cempi.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Nelayan di Desa Jala bisa lebih sejahtera jika mampu memanfaatkan sumber daya yang ada di laut. Tentu dengan manajemen keuangan yang proposional. Masyarakat harus mendapatkan edukasi dini, dengan harapan masyarakat pesisir bisa memiliki wawasan mengenai laut dan cara mengelola hasil tangkapan.
Apakah Anda sepakat dengan gagasan di atas?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun