Melihat sekitar. Ada kenangan yang masih segar dalam benak. Kenangan seolah sedang memberitahu bahwa saya yang pernah menjadi bagian dari sekolah ini.Â
Sekolah yang pernah menyimpan banyak lapisan cerita yang sabang hari memberi kabar rindu. Saya menatap lama satu ruangan. Di sanalah saya pernah duduk bersama siswa.Â
Kami berbincang banyak topik. Memahat impian yang terus dilangitkan. Di antaranya mengangguk kala saya menghamparkan kalimat motivasi.Â
Kini tersiar kabar siswa itu telah menjadi aktivis di salah satu kota provinsi. Saya bangga. Saya terharu mendengarnya. Semua siswa yang pernah menimba ilmu di sekolah ini, kini menemukan jalan kehidupannya masing-masing.
Masih bersama pak Fadil.Â
Selesai meliput saya diajak menginterveiw kepala sekolah di ruangannya. Ketika di izinkan masuk, saya tiba-tiba gugup setelah mendapat kesempatan duduk berhadapan dengan orang nomor satu di SMKN 1 Hu'u ini.Â
Saya tiba-tiba menjadi cerewet. Banyak bicara, sesuatu yang jarang saya lakukan ketika melakukan interview dengan nara sumber.Â
Saya pernah bertemu banyak orang. Sering pula. Mulai dari nelayan, petani, hingga kepala dinas. Tapi kali ini tampak berbeda. Saya menjadi kikuk. Mungkin selama ini saya jarang menginterveiw perempuan, jadilah sikap saya seperti orang yang baru pertama kali bertemu orang.
Sebut saja namanya Rosyidah, S.Pd, Menurut penuturannya dia baru dua bulan menahkodai sekolah kejuruan negeri di kecamatan ini. Dia menjadi tertantang untuk memajukan sekolah yang di pimpinannya.Â
Tapi ada sedikit keresahan yang menggelayut di pikirannya sejak menjadi kepala sekolah. Kegiatan yang di gelar sekolahnya, hampir, kalau tidak mau di bilang tidak pernah diliput media.Â
Karena itu, jadilah saya di telpon oleh pak Fadil. Saya diminta lewat media online yang saya kelola untuk memberi kabar ke ruang publik bahwa di sini, di SMKN 1 Hu'u sedang menggelar kegiatan.
Kami berbincang banyak topik, hingga menjurus membangun komitmen untuk terus memberitakan kegiatan sekolah lewat media online. Saya mengangguk tanda setuju.Â