Menurut hemat saya, perubahan yang paling terasa kedatangan saya kali ini adalah mengenai cuaca. Desa Kuta yang biasanya sejuk dan adem, kini sudah mulai terasa 'panas'. Ketika hutan masih terjaga, pohon-pohon rindang menghiasi gunung di belakang kampung, dan membuat sulit kulit bersahabat dengan dinginnya air kala pagi menyapa. Dan bahkan dinginnya desa ini menjadi buah bibir di kalangan banyak orang di dusun Kuta. Kami biasanya hanya mencuci muka jika pagi menyambut. Tapi sekali lagi itu dulu.
Sekarang, karena tergiur hasil jagung yang menjanjikan, membuat masyarakat terdorong menanam jagung. Korbannya jelas. Hutan. Ya hutan di gunung dibabat habis dan sudah jadikan lahan jagung. Ketika memasuki perkampungan, hampir sepanjang jalan terlihat masyarakat terlihat sibuk mengurus jagung. Lapangan kampung seolah tidak punya celah lagi karena sudah dijadikan tempat untuk mengeringkan jagung. Sementara gunung, bukit, sudah terlihat gundul dan menyisakan potongan bekas batang jagung.
Tapi di atas semua itu, Kuta Parado adalah kampung dimana orang tua kami berasal. Tempat dimana mereka mengenal dunia dan mendidik kami sebagai generasi pelanjut untuk tetap menjaga silaraturahmi dengan keluarga besar di Kuta Parado.
Semoga keluarga besar di kedua wilayah ini tetap harmonis dan merawat pertalian persaudaraan hingga ujung waktu.