Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Merawat Persahabatan Tanpa Syarat Dunia

30 Oktober 2020   08:43 Diperbarui: 30 Oktober 2020   08:57 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Bersama Pak Hanafi di Pantai Desa Jala, Kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu-NTB, 

MENTARI pagi belum lama keluar menyapa semesta, kala saya dan beberapa pemuda membersihkan  pantai desa Jala, Kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu-NTB, Kamis, 29 Oktober 2020. Cuaca cukup bersahabat,  para nelayan terlihat dengan perahunya baru pulang dari lautan membawa hasil tangkapan semalam. Bahkan yang lain sedang sibuk memilah dan memilih hasil laut di beberapa perahu yang ditambatkan di bibir pantai.

Dokpri. Pantai Desa Jala
Dokpri. Pantai Desa Jala
Tiba-tiba motor berhenti tidak jauh tempat saya memungut sampah di pinggir pantai. Sejurus kemudian saya mendongak dan menatapnya. Dan sontak saja saya disapa dengan penuh hangat dan penuh persahabatan dari seseorang yang tidak asing di mata saya.

"Pak Raden't bune haba (apa kabar), alae ampode eda angi waliee (baru bisa bertemu lagi) " Sapanya dengan aksen daerahnya yang cukup kental.

Dokpri
Dokpri
Hanafi. Ya, dialah Hanafi. Karena dirinya lebih berumur, saya biasanya menyapanya dengan panggilan pak Hanafi. Saya pun menghampirinya dan bersalaman. Senyum merekah di bibirnya, dan saya membalasnya dengan cara yang sama.

Saya sudah mengenalnya cukup lama. Tapi persahabatan itu terjalin erat, bermula ketika saya bertemu dengannya ketika saya masih berstatus mahasiswa di kota Makassar 2017 silam. 

Dalam suatu tujuan, Pak Hanafi sempat singgah di Kota Makassar beberapa hari sebelum menuju pulau Kalimantan. Pada saat itulah saya bertemu dengannya. Beberapa hari di kota para Daeng, saya sering menemaninya dalam banyak kesempatan. Bahkan  ketika itu saya sempat mengantarnya ke bandara Sultan Hasanuddin Makassar saat pagi belum benar-benar menyapa semesta.

Dokpri
Dokpri
Tapi ketika dirinya kembali melanjutkan perjalanan ke kota tujuan, sejak itu kami pun jarang berbagi kabar apa lagi bertemu. Walaupun sempat berbagi nomor kontak masing-masing, tak lantas menggerakan jemari untuk saling menghubungi.

Pak Hanafi berdomisili di desa Jala. Bahkan rumahnya tidak seberapa jauh dari bibir pantai. Bahkan selain menjadi penguasa hasil laut, dirinya adalah seorang pegawai negeri sipil di sekolah menengah pertama di desa tempat saya tinggal.

Dokpri
Dokpri
Di mata saya, Pak Hanafi adalah orang baik, cepat akrab, mudah beradaptasi dalam situasi apa pun. Bahkan saya mengangumi kepribadiannya. Walaupun seorang pegawai negeri, tidak lantas dirinya berlaga sombong terhadap siapa pun. Memang saya tidak mengenalnya terlalu dalam. Tapi sejauh ini saya punya penilaian seperti itu. Bahkan suatu hari saya sempat bertemu di depan rumahnya, dan ketika itu saya dihadiahi dengan cincin putih yang cukup bagus.

Dokpri. Bersama pemuda desa Jala
Dokpri. Bersama pemuda desa Jala
Kini, ketika kembali berjumpa dengannya di pinggir pantai, tiba-tiba kembali menghidupkan ingatan saya tentang dirinya beberapa tahun silam. Terlihat tidak ada yang berubah. Cara berbicaranya sama seperti awal saya bersahabat dengannya. Idenya mengalir alami seperti hamparan cahaya mentari menyapa semesta. Dia datang bersama putri kecilnya menikmati suasana pantai, sambil menunggu sampannya membawa hasil tangkapan.

Kami tidak berbincang seberapa lama. Tapi, dirinya memberikan apresiasi dan dukungan terhadap aktivitas yang saya lakukan bersama pemuda desa Jala dalam membersihkan pantai dari sampah yang berserakan. Sebelum benar-benar berpisah karena suatu urusan, kami pun bersepakat akan berusaha untuk bersua lagi di kesempatan yang lain.

Saya meminta kesediaannya untuk foto berdua sebelum gemuruh ombak memecah pantai. Birunya laut, suara mesin dari sampan yang melaju, menjadi saksi pertemuan saya dengan Pak Hanafi. Suatu pertemuan yang menautkan dan mengawetkan persahabatan agar tetap kuat seperti karang yang setiap saat diterjang oleh hempasan ombak yang silih berganti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun