Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Jangan Terlalu Berharap Banyak pada Hasil Pilkada Nanti

17 September 2020   17:46 Diperbarui: 17 September 2020   17:49 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


KITA memang harus optimis dalam menjalani hidup. Dan memang harus. Dalam situasi apa pun  memang setiap orang yang bergumul dengan beragam masalah harus tetap membangun jiwa optimisme tingkat dewa. Minimal meyakinkan diri untuk tetap bisa melewati beban hidup yang menghujam.

Bagaimana merasa yakin dan membangun rasa optimisme akan lahirnya pemimpin yang menjadi naungan bagi seluruh rakyat lewat pesta demokrasi 9 Desember nanti. Nampaknya boleh-boleh saja. Tidak ada yang salah jika merasa yakin dan seyakinnya akan terpilih pemimpin yang benar-benar mampu menjawab segala kebutuhan dasar masyarakat, seperti pendidikan dan kesehatan.

Tapi optimisme tanpa realistis, juga akan melahirkan masalah baru. Kekecewaan. Harapan yang membumbung tinggi jika tidak bisa terjawab, maka hanya bermuara pada kekecewaan. Masyarakat sudah lama merindukan sebenar-benarnya pemimpin, bukan pemimpi yang hanya mulutnya berbusa dengan janji tanpa pernah benar-benar dibuktikan. Masyarakat awam tidak butuh angka statistik yang sukar di pahami tentang pertumbuhan ekonomi, tetapi yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana dapurnya tetap mengepul, hasil panennya dihargai tinggi, anaknya tetap bisa sekolah, dan ketika sakit mendapatkan perawatan yang maksimal dari pihak rumah sakit.

Membaca kapasitas dan kualitas para calon kepala daerah yang maju dalam perhelatan demokrasi saat ini, cukup lah mudah. Melihatnya bukan dengan besarnya baliho yang dipajang di ujung kampung, bukan besarnya gardu tempat berkumpul para relawan, bukan pula kepandaiannya mengolah kata-kata pada saat berpidato. Bahkan jangan terlena dengan lambaian tangannya ketika berada di tengah-tengah masyarakat. Bukan pula senyum sumringahnya yang mampu membuat masyarakat terlena Dan bahkan terpukau. Lalu bagaimana membaca kualitas para calon?

Pertama. Buka rekam jejaknya di masa lalu. Bagaimana sepak terjangnya di dunia birokrasi serta kepekaannya kepada urusan-urusan sosial kemasyarakatan. Bagaimana hubungannya dengan banyak pihak. Baik di level pemerintahan, terhadap para pelaku bisnis, terlebih komunikasi yang terbangun dengan barisan grass root. Hal ini menjadi salah satu tolak ukur untuk melihat kualitas serta kompetensi yang di miliki oleh para calon. Sebab, apa yang menjadi karakter seseorang saat ini adalah buah dari proses masa lalu yang sangat panjang. Karakter itu terbentuk bukan semudah membalikkan telapak tangan.

Namun sebaliknya, jika ada calon daerah, tiba-tiba baik, tersenyum, sok merakyat walaupun tidak punya rekam jejak demikian sebelumnya. Maka, itu menjadi alarm bagi masyarakat bahwa jika kelak dia terpilih maka siap-siap menelan kekecewaan. Jangan pernah menaruh harapan yang lebih pada calon seperti ini, sebab kata orang bijak "jika suatu pekerjaan diberikan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran".

Kedua. Buka visi misinya. Tidak sedikit para calon kepala daerah yang maju dalam kontestasi politik, tidak pernah memperlihatkan visi misinya. Bahkan rakyat lebih mengetahui pajangan wajah para calon dari pada penjelasan mengenai visi misi. Sebab, mengetahui visi misi, merupakan cara mengukur kualitas para calon, karena di dalamnya akan termuat beberapa narasi dasar yang akan dijadikan program untuk membawa daerah yang di pimpinnya jika kelak dirinya terpilih.

Visi Misi merupakan pondasi bagi calon yang terpilih, yang nantinya menjadi sumber rujukan kemana arah kapal daerahnya yang di pimpinnya akan bermuara. Bahkan yang tidak kalah penting masyarakat pemilih akan mengetahui kemana arah pembangunan daerah akan di bawa lima tahun ke depan. Yang lebih dari itu, masyarakat sangat mudah mengevaluasi kinerja pemimpinnya  berdasarkan visi misi yang pernah di buatnya di saat pemilu dulu. Maka ada indikator yang terukur sejauh mana progres yang dilakukan seorang pemimpin daerah berdasarkan visi misi yang pernah di buatnya.

Ketiga. Relawan dan simpatisan. Ini penting dilihat, walaupun sikap dan karakter calon kepala daerah tidak sepenuhnya di wakili oleh relawan dan simpatisannya. Paling tidak, apa yang diperlihatkan oleh para relawan kepada masyarakat, itu memberikan gambaran bagaimana pemerintahan lima tahun ke depan berjalan. Sebab, para relawan ini juga akan mendapatkan percikan kue kekuasaan jika jagoan yang diusungnya bisa menjadi orang nomor satu di daerah pemilihannya.

Sebab para calon daerah memiliki relawan yang siap pasang badan untuk jagoannya. Mereka membangun komunikasi, koordinasi bahkan tidak sedikit menunjukkan sikap militansinya demi merasakan bagaimana ikut menikmati dan berada dalam lingkaran kekuasaan. Karena keinginan itu, tidak sedikit para relawan melakukan propaganda, baik di medsos dengan merendahkan calon lain, sampaikan mengekspansi ke kampung-kampung untuk membumikan calon yang di dukungnya. Mereka menggaungkan nama calon yang di dukungnya agar familiar di mata publik.

Calon kepala daerah yang diperkenalkan oleh para relawan, hampir mendekati kata sempurna. Sosoknya dicitrakan seolah dewa penyelamat yang akan hadir setiap masalah yang mendera masyarakat banyak. Rela memaksimalkan semua potensi yang ada, agar jagoannya bisa terpilih. Bahkan tidak sedikit relawan berbohong, memberikan janji yang belum tentu terucap oleh calon kepala daerah yang mereka usung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun