Saya salut pada mereka, mereka yang berani melawan arus, melawan kemapanan, melawan dirinya sendiri untuk tidak berpangku tangan kala kesenjangan ada di depannya.
Saya merindukan masa-masa itu, masa di mana saya belajar kepada mereka yang selalu setia berbagi ide, gagasan setelah mereka seharian bergumul dengan  buku, lalu dengan rela mewartakan ketika bersua di ruang-ruang seminar dan diskusi.
Kelak jika waktu mengijinkan, saya bisa kembali bersua dengan kawan-kawan itu. Kawan-kawan yang kini sudah kawin dan telah menempuh perjalanan baru dalam kehidupannya.Â
Saya sangat yakin mereka akan begitu peka terhadap kehidupan sosial dimanapun mereka tinggal, sebab idealisme akan cepat menguap kala bersua dengan ketidak adilan.
Di sini, di Bumi Nggahi Rawi Pahu Pulau Sumbawa, saya berdiri dan memandang ke utara. Di sana ada Pulau Sulawesi dimana puluhan tahun yang lalu, kaki ini pernah berpijak dan mengukir banyak kenangan di sana.Â
Ada cinta yang dipertautkan, ada rindu yang selalu merekah kala mengenang  itu, dan masih ada mimpi yang belum sempat dituntaskan. Adakah mereka merasakan hal yang sama? Entahlah, saya hanya ingin mengatakan, saya sedang mengenang kebersamaan itu.