Mohon tunggu...
supriyatna saputra
supriyatna saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa Pendididkan Sosiologi S1 Universitas Sultan Ageng Titrayasa

Saya Mahasiswa Semester 3 di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jurusan Pendidikan Sosiologi yang senang membaca dan saya ingin mempublikasikan tulisan saya agar bisa dibaca oleh semua orang sebagai ilmu pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

AKSES DAN MUTU PENDIDIKAN: Evaluasi di Hari Ulang Tahun Banten Ke-25

5 Oktober 2025   10:38 Diperbarui: 5 Oktober 2025   14:42 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi foto bersama kegiatan Diskusi Bersama ADVOKASI BEREKSPERSI HIMADISKIO Kabinet Aozora

Tepatnya pada 4 Oktober 2025 Provinsi Banten menginjak usia ke-25 tahunnya, meskipun usia wilayah ini bisa dibilang sudah cukup matang namun pada nyatanya masih banyak sekali persoalan yang pelik dan sungkar untuk diselesaikan khususnya pada sektor pendidikan.  Akses, mutu serta kualitas pendidikan di Banten masih banyak yang belum merata dan masih banyak yang menjadi tantagan serius dari beberapa pihak khususnya instansi pemereintahan. Dalam rangka Ulang Tahun Banten ini Menjadikan tujuan utama diadakannya diskusi ini untuk bersama-sama mengevalusi kondisi pendidikan di provinsi kita pada hari ini.  

Pendidikan yang idealnya untuk membuka pintu kesempatan dan sebagai menjadi jembatan untuk mengubah nasib, namun pada nyatanya masih banyak ketimpangan yang menggagalkan dalam instansi pendidikan di Banten. Dari masalah keterbatasannya fasilitas hingga kesenjangan sosial yang dapat tercermin di dalam mutu pendidikan, semuanya masih perlu usaha yang kompleks dan memerlukan analisis serta penyelesaian secara mendalam. 


Disini kami juga akan memuat isu-isu utama yang perlu untuk dibahas sebagai refleksi mengenai permasalah pendidikan yang menjadi penting untuk mendorong perubahan yang nyata.

  • Kesenjangan dan Keterbatasan Kualitas Pendidikan serta Sarana Prasarana

Salah satu tantangan utama dari banyak nya kegagaalan-kegagalan pendidikan di Banten salah satunya terjadi ketimpangan kualitas pendidikan anatara wilayah perkotaan dengan pedesaan. Sarana dan prasarana sekolah di beberapa daerah masih banyak mengalami kekurangan terkhusus wilayah terpencil masih sangat kurang memadai jika dibandingkan dengan sekolah sekolah yang berada di pusat perkotaan. Hal tersebut dapat menyebabkan anak-anak yang tinggal di daerah tertinggal menjadi sulit untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas dan setara dengan teman sebayanya yang bersekolah di daerah perkotaan, sehinga menimbulkan keresahan akibat ketidaksetaraan pendidikan yang dapat berkelanjutan.

  •  Tantangan putus sekolah akibat faktor ekonomi keluarga

Masalah ekonomi juga turut ambil peran menjadi salah satu dari sekian banyaknya faktor tingginya angka putus sekolah di Provinsi Banten. Banyak keluarga-keluarga di Banten yang tidak mampu membiayai kebutuhan pendidikan untuk anaknya, sehingga anak-anak harus berhenti sekolah untuk membantu menopang perekonomian keluarga. Walaupun banyak sudah tersedia sekolah-sekolah gratis baik dari sekolah swasta maupun sekolah negeri namun pada nyatanya masih banyak keluarga-keluarga di Banten tidak mampu membiayai buah hatinya untuk bersekolah, bukan hanya dari sekolahnya tapi dari kehidupan perekonomian disetiap keluarganya juga seperti apa dan bagaimana. Ketidakmampuan ini juga sangat berkaitan dengan tingginya biaya pendidikan dan bantuan beasiswa yang sering terlambat atau tidak jelas.

  • Angka Partisipasi Sekolah (APS) yang semakin tahun semakin menurun

Berdasarkan data, Sekolah Menengah Atas (SMA/SLTA) yang merupakan kewenangan provinsi saat ini menghadapi tantangan yang sangat serius dengan rendahnya Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Banten yang hanya sebesar 23,72%,dengan ini menempatkannya Banten di urutan ke-10 di bawah Papua. Kemudian, Data dari Pusdatin Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan bahwa jumlah anak yang putus sekolah di tingkat menengah atas mencapai 12.741 anak, sementara jumlah anak yang lulus dari tingkat menengah pertama adalah 32.675 anak pada tahun 2024.

Data tersebut menunjukkan tren menurunnya Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Banten pada setiap tahun nya. Hal ini menjadi alarm baik bagi pemerintah maupun masyarakat, karena menurunnya APS menunjukkan bahwa semakin banyak anak usia sekolah yang tidak melanjutkan pendidikannya. Faktor ekonomi, kualitas sekolah yang rendah, hingga ketidakadilan dalam akses pendidikan berdampak langsung pada fenomena Penurunan Angka Partisipasi Sekolah dan Tinggi nya angka putus sekolah di banten.

  • Pendidikan Menjadi Faktor Ketidakbahagiaan Warga Banten

Pendidikan yang idealnya harusnya bisa membawa kebahagiaan justru menjadi arena kekecewaan. Pendidikan sering kali kerap dianggap sebagai sumber tekanan dan ketidakbahagiaan masyarakat, terutama di kalangan kelas bawah. Ketidakadilan sosial, kekerasan simbolik, dan tekanan meraih prestasi serta tekanan untuk lulus dengan nilai tinggi tanpa dukungan yang memadai menyebabkan frustrasi dan menurunnya motivasi belajar siswa menyebabkan ketidakbahagiaan.  

Pendidikan dipandang sebagai komoditas mahal yang lebih banyak menghabiskan biaya daripada memberi investasi jangka panjang. Pendidikan yang seharusnya menjadi jalan untuk memperbaiki kehidupan justru menjadi sumber beban tambahan.


Point penting yang dapat kita sampaikan dari penjelasan diatas terkait Akses dan Mutu Pendidikan Dihari Ulang Tahun Banten kami berharap agar Pemerintah maupun seliruh Masyarakat  Banten bisa lebih peka terhadap Sistem pendidikan di Provinsi Banten yang hingga saat ini masih menghadapi berbagai permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensi. Di satu sisi, terdapat kemelut sosial yang meliputi ketimpangan akses dan kualitas pendidikan antarwilayah dan kelas sosial, yang mengakibatkan satu kelompok masyarakat terus tertinggal. Di sisi lain, kekerasan simbolik dalam bentuk diskriminasi halus dan tekanan sistemik terhadap kelompok sosial tertentu menambah beban psikologis peserta didik. Selain itu, pendidikan di Banten juga semakin mengalami fenomena komersialisasi, di mana akses dan kesempatan memperoleh pendidikan berkualitas kerap terikat oleh kemampuan ekonomi, sehingga pendidikan lebih menjadi komoditas yang mahal daripada investasi masa depan yang seharusnya inklusif dan merata.

Dengan kondisi seperti ini, evaluasi yang menyeluruh terhadap sistem pendidikan di Banten menjadi sangat penting. Pemerintah bersama masyarakat mempunyai tanggung jawab besar untuk mengambil langkah-langkah konkret yang bersifat strategis dan inklusif. Perbaikan sistem pendidikan harus menjamin kesempatan yang setara bagi seluruh lapisan masyarakat dan meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Dengan demikian, pendidikan dapat berperan sebagai pendorong utama kemajuan sosial dan ekonomi serta meningkatkan kualitas hidup dan kebahagiaan warga Banten secara komprehensif dan berkelanjutan. Tanpa komitmen dan aksi nyata dari semua pihak, permasalahan pendidikan di Banten akan terus menjadi penghambat utama bagi kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakatnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun