Dalam kehidupan modern yang serba materialistis, banyak orang beranggapan bahwa hidup sederhana identik dengan kemiskinan atau sifat pelit. Namun, dalam ajaran Buddha, hidup sederhana justru merupakan salah satu jalan menuju kebahagiaan sejati. Kesederhanaan bukan berarti menahan diri secara ekstrim dan berlebihan atau takut membelanjakan uang, tetapi lebih kepada memahami batas kebutuhan dan melepaskan diri dari keserakahan serta keterikatan yang berlebihan terhadap materi yang pada akhirnya menjadi sumber dari penderitaan batin berupa kekhawatiran akan hilang dan habisnya materi yang dimiliki.
Untuk mengontrol ketakutan dan kekhawatiran Buddha menyarankan agar setiap orang menjalankan hidup sederhana
Dalam Buddhisme, hidup sederhana berkaitan erat dengan konsep "santutthi" atau kepuasan dengan apa yang dimiliki. Buddha mengajarkan bahwa penderitaan manusia sering kali muncul karena keinginan berlebih yang tidak ada habisnya. Oleh karena itu, hidup sederhana adalah cara untuk membebaskan diri dari penderitaan akibat ketamakan dan nafsu duniawi.
Dalam Dhammapada (ayat 204), Buddha menyampaikan demikian:
"Kesehatan adalah keuntungan terbesar, kepuasan adalah kekayaan terbesar, orang yang dipercaya adalah kerabat terbaik, Nibbana adalah kebahagiaan tertinggi."
Dari kutipan ini, jelas bahwa kepuasan batin lebih berharga daripada harta benda. Hidup sederhana berarti memahami bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada kemewahan atau kepemilikan, tetapi pada kedamaian hati dan kebijaksanaan dalam menjalani hidup.
Hidup Sederhana Bukan Berarti Pelit
Beberapa orang salah mengartikan hidup sederhana sebagai sikap pelit atau enggan berbagi. Dalam ajaran Buddha, hidup sederhana justru mengajarkan keseimbangan antara mencukupi kebutuhan sendiri dan berbagi dengan orang lain.
Buddha menekankan pentingnya dana (beramal), yaitu praktik memberi dengan tulus kepada mereka yang membutuhkan. Dalam Anguttara Nikaya (5.41), Buddha menjelaskan bahwa seseorang yang dermawan akan mendapatkan kebahagiaan, baik di dunia ini maupun di kehidupan selanjutnya. Oleh karena itu, hidup sederhana bukan berarti menumpuk harta dan enggan berbagi, tetapi menggunakan harta dengan bijak untuk kebahagiaan diri sendiri dan orang lain.
Hidup Sederhana Bukan Berarti Miskin
Menjalani hidup sederhana tidak berarti harus hidup dalam kemiskinan atau kekurangan. Buddha sendiri mengajarkan tentang Majjhima Patipada atau jalan tengah, yaitu tidak hidup dalam kemewahan berlebihan, tetapi juga tidak menyiksa diri dengan kemiskinan ekstrem.
Seorang praktisi Buddhis yang hidup sederhana tetap dapat bekerja keras, memiliki penghasilan yang cukup, dan menikmati hasil jerih payahnya tanpa terikat pada kemewahan. Dalam Sigalovada Sutta, Buddha memberikan panduan keuangan yang seimbang, yaitu:
1.Sebagian harta untuk kebutuhan sehari-hari
2.Sebagian untuk ditabung sebagai cadangan
3.Sebagian untuk membantu orang lain
4.Sebagian untuk investasi atau usaha
Dari ajaran ini, terlihat bahwa hidup sederhana bukan berarti meninggalkan tanggung jawab ekonomi, tetapi justru mengelola keuangan dengan bijak.