" Ya ayo kita segera menyusul ke sana. Tapi saya siapkan dulu kompor dan wajannya. Kebetulan sudah ada tahu, tinggal beli tempe saja di warung." ucap isteriku.
Sementara aku sendiri segera berangkat membeli nasi jagung di warungnya mbak Yah di gang SLB Bedali.
Aku juga segera menghubungi mas Sutris dan pak Solikin untuk mengajak mereka ikut ke sumber air. Jadi sekalian aku ajak mereka untuk merawat tanaman penghijauan disana.
Di jalan tadi aku juga sempat berpapasan dengan mas Samuji dan mas Aksi, dua orang yang selama ini juga terlibat aktif merawat pohon. Akhirnya aku juga ajak mereka bergabung.
Singkat cerita kami pun sudah berkumpul di sebuah gazebo kayu yang berada di tengah lahan sumber air. Kami letakkan barang-barang di dalam gazebo yang sudah digelari karpet oleh mbak Sitir.
Kompor, wajan, minyak dan tempe tahu segera dikeluarkan dari tas awet oleh isteri saya. Segera dia menyiapkan kompor untuk memasak air dan menggoreng tempe tahu dengan dibantu oleh ibu-ibu yang lain.
Aku sendiri segera bergabung dengan bapak-bapak yang lain untuk merawat tanaman yang tumbuh di lokasi sumber air  ini. Kami bersihkan rerumputan dan semak di sekeliling pohon mangga yang masih kecil tapi sudah mulai berbunga. Saya melihat ada beberapa pohon mangga yang berbunga. Memang bibit mangga yang kami tanam disini dulu adalah bibit sambung pucuk.
Pak Solikin memotong batang pisang yang buahnya sudah mulai masak. Lalu gedebok pisangnya dipotong kecil-kecil dan digunakan untuk menutupi pohon apukat yang mulai tumbuh membesar.
Begitu juga dengan bapak-bapak yang lain juga sibuk merawat tanaman yang ada di lokasi sumber air ini. Sejauh ini pohon yang kami tanam di lokasi sumber air ini terlihat bagus pertumbuhannya.
Semoga pohon mangga, apukat, kelengkeng, juwet, matoa, sukun dan jeruk akan segera membesar dan lekas berbuah. Begitu juga dengan pohon trembesi, jabon, dan kemiri bisa segera tumbuh membesar  sehingga bisa menjadi pelindung sumber air.
Di dalam gazebo ternyata sudah tersaji menu sarapan nasi jagung serta tempe goreng, tahu goreng, dan wedang kopi yang dimasak ibu-ibu. Dua lembar daun pisang menjadi alas untuk hidangan makanan tersebut. Dan tak ketinggalan pula satu cobek sambal terasi menjadi menu penambah selera makan. Lomboknya masih segar karena dipetik langsung disini.