Mohon tunggu...
Supriyadi
Supriyadi Mohon Tunggu... Penulis

Penulis, Pendaki gunung, Relawan Small Action, Petani Hidroponik

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Serunya Antri Ojek Gunung

12 Juni 2025   11:34 Diperbarui: 12 Juni 2025   16:40 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis bersama kedua putranya Fajar (tengah) dan Aska (kiri) (Sumber foto: Dokpri)

Catatan Pendakian Gunung Slamet 3428 MDPL  ( bagian 2 )

Hari Sabtu tanggal 10 Mei 2025 sekitar pukul 08.00 pagi kami meninggalkan rumah singgah untuk berangkat memulai pendakian. Ternyata pagi itu di Pos perijinan sangat banyak pendaki yang sedang antri mengurus ijin pendakian atau Simaksi ( Surat Ijin Masuk kawasan Konservasi). Beruntung untuk proses simaksi pendakian kami sudah dibantu oleh porter yang kami sewa. Sehingga kami tidak perlu sibuk mengantri untuk mengurus administrasi di pos perijinan pendakian ini.

Tapi rupanya kami harus diuji kesabaran untuk menunggu antrian lain yang tidak kami perkirakan sebelumnya. Begitu tiba di titik gerbang pendakian, kami melihat deretan antrian panjang mengular para pendaki yang sedang menunggu giliran untuk naik ojek yang akan membawa pendaki menuju pos 1. Sekedar informasi bahwa jalur pendakian gunung Slamet via Permadi Guci ini jarak tempuh dari gerbang pendakian menuju Pos 1 sekitar 1.5 - 2 jam. Medannya menanjak berupa jalan makadam berbatu di perkampungan dan jalan setapak di tengah hutan pinus.

Penulis bersama kedua putranya Fajar (tengah) dan Aska (kiri) (Sumber foto: Dokpri)
Penulis bersama kedua putranya Fajar (tengah) dan Aska (kiri) (Sumber foto: Dokpri)

Sebenarnya pendaki punya pilihan untuk langsung start jalan kaki menuju Pos 1, atau mereka bisa pula memanfaatkan jasa ojek gunung.Tapi kebanyakan pendaki yang melalui jalur ini lebih memilih memakai jasa ojek gunung untuk menuju pos 1 dengan tarif sebesar 50 ribu dengan waktu tempuh 15 menit saja. Lumayan bisa menghemat waktu dan tenaga.

Menurut informasi jumlah ojek gunung yang beroperasi disini sebanyak 50 orang. Para ojek gunung ini umumnya menggunakan atribut berupa jaket warna kombinasi oranye dan hitam dengan tulisan nomor urut 1 - 50 di punggungnya. Kendaraan yang mereka gunakan umumnya sepeda motor yang sudah dimodif sedemikian rupa agar mampu melintasi medan hutan. Tapi ada juga beberapa jasa ojek gunung yang memakai sepeda motor trail. 

Menunggu antrian ojek gunung (sumber foto: Dokpri)
Menunggu antrian ojek gunung (sumber foto: Dokpri)

Dengan jarak tempuh sekali jalan sekitar 15 menit, harusnya 50 ojek gunung ini sudah cukup untuk mengangkut pendaki dengan lancar. Sehingga tidak perlu harus antri sepanjang ini. Namun dari pantauan di lapangan nampaknya ojek gunung yang beroperasi hari ini hanya sebagian saja. Sehingga mengakibatkan antrian panjang pendaki yang menunggu giliran naik ojek. Apalagi hari itu memang sedang musim liburan, jumlah pendaki yang naik gunung Slamet sangat banyak.

Pendaki memanfaatkan Jasa ojek gunung (Sumber: Dokpri)
Pendaki memanfaatkan Jasa ojek gunung (Sumber: Dokpri)

Setelah menunggu hampir dua jam, akhirnya tiba giliran saya dan team mendapatkan giliran naik ojek menuju pos 1. Dan ternyata sensasi naik ojek di jalur pendakian ini sungguh asyik tapi juga mendebarkan. Sepeda motor yang dikemudikan oleh tukang ojek ini dengan gesit meliak liuk melewati jalan setapak berlobang dan berbatu. Beberapa jalur yang licin sudah diberi papan kayu yang ditata rapi sepanjang jalur. Hal ini bisa membantu roda motor agar tidak selip atau terpeleset.

Jasa ojek gunung di jalur pendakian gunung Slamet via Permadi Guci  (sumber foto: Dokpri)
Jasa ojek gunung di jalur pendakian gunung Slamet via Permadi Guci  (sumber foto: Dokpri)

Melihat medan yang lumayan jauh dan berkelak kelok menanjak, rasanya tarif 50 ribu cukup sepadan. Butuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai di pos 1 atau yang dikenal dengan nama Pos Blakbak yang berada di ketinggian 1695mdpl. Setelah turun dari motor kami tidak langsung jalan, tapi menunggu anggota team lain yang masih ada di bawah tiba di Pos 1 semua. Menurut kawan-kawan yang pernah ke Sumbing tahun lalu, ternyata ojek disini lebih ekstrim medannya dibandingkan ojek di gunung Sumbing. Karena ojek di gunung Sumbing medan yang dilalui berupa jalan makadam berbatu saja, tidak sampai menerobos jalan hutan seperti disini.

Sebelum mulai pendakian, kami berkumpul membentuk lingkaran kecil dan memanjatkan do'a bersama. Tepat pukul 10.55 kami mulai berjalan meninggalkan Pos 1. Jalurnya dari Pos 1 menuju Pos 2 dominan menanjak dengan pepohonan rindang di sekelilingnya. Jadi jalur yang dilalui pendaki relatif teduh walau perjalanan dilakukan pada siang hari. Jarak tempuh yang tertulis di posko adalah 90 menit untuk menuju Pos 2 dari tempat ini.Team kami yang memakai kaos seragam tanam pohon warna putih berjalan beriringan. 

Dalam 15 menit pertama saya mencoba berjalan pelan, tidak tergesa-gesa sambil mengatur irama kaki dan hembusan nafas agar tidak tersengal. Begitu kebiasaan yang saya lakukan setiap kali mulai berjalan naik gunung. Mengatur nafas dan irama jalan sesuai dengan kapasitas diri itu adalah kunci untuk kelancaran perjalanan berikutnya. Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam melakukan perjalanan pendakian. Ada yang memiliki fisik kuat, tapi ada pula yang memiliki fisik biasa saja. Ada yang memiliki mental baja, tapi tak sedikit yang mentalnya lemah. Baru berjalan 10 menit saja, sudah bertanya pada pendaki yang berpapasan dengannya " Pos 2 masih jauh kak?"

Jalur pendakian menuju Pos 2 dominan hutan berlumut. Tampak 3 Pendaki Indrialoka dari kiri ke kanan : Yusron, Heru, Tam (Sumber: Dokpri)
Jalur pendakian menuju Pos 2 dominan hutan berlumut. Tampak 3 Pendaki Indrialoka dari kiri ke kanan : Yusron, Heru, Tam (Sumber: Dokpri)

Pukul 11.48 saya tiba di Pos 2 Rimpakan yang berada di ketinggian 2057 MDPL. Di Pos 2 ini banyak pendaki yang sedang duduk beristirahat sambil menikmati makan siang. Karena kondisi masih nyaman, saya putuskan untuk tidak beristirahat disini. Saya langsung melanjutkan perjalanan menuju ke Pos 3. Sesuai informasi jarak tempuh menuju Pos 3 hanya 60 menit. Dan medannya cenderung landai, dengan dominan pemandangan hutan kayu berlumut. Karena jalurnya landai, maka saya bisa berjalan sedikit lebih cepat.

Sejak meninggalkan Pos 1, rombongan kami sudah mulai terpecah menjadi beberapa kelompok kecil. Saya kebetulan berada di kelompok kedua yang tiba di Pos 3 Selo Petak pada pukul 12.46. Di Pos 3 ini kami memutuskan untuk istirahat ishoma sekaligus menunggu rombongan teman kami lainnya tiba disini. 

Selesai menunaikan sholat dhuhur, saya membuka bekal nasi bungkus yang tadi kami bawa dari rumah singgah. Setelah mengucap basmalah saya segera menyantap menu makan siang ini. Beberapa menit berikutnya satu per satu teman-teman mulai berdatangan dan mereka juga ikut beristirahat disini dan membuka bekal makan siangnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun