Berbelanja dengan Uang 300K Dapat Apa Saja?
Saya mengajak istri untuk berbelanja tetapi istri tidak bersedia. Ia hanya berpesan untuk dibelikan dua biji buah pir dan dua biji buah apel. Hanya dua jenis buah yang dipesannya. Masing-masing buah terdiri atas dua biji. Biasanya ia pesan dibelikan buah jeruk. Namun, sudah beberapa pekan ini, istri tercinta sering batuk setelah mengonsumsi buah jeruk. Akhirnya, untuk sementara ia stop menikmati buah jeruk kesukaannya itu.
Jadilah saya berangkat berbelanja seorang diri. Hal itu sudah biasa saya lakukan. Saat ingin menikmati sesuatu, saya sering pergi berbelanja seorang diri. Pada saat tertentu, istri saya ajak ikut pergi berbelanja meskipun setiap hari istri mempunyai jadwal untuk berbelanja kebutuhan dapur. Â
Selain dua jenis buah pesanan istri tersebut, saya ingin membeli buah yang lain. Saat di depan kios khusus penjual buah, saya bingung setelah buah pesanan istri saya dapatkan. Buah apa lagi yang perlu dibeli? Di rumah masih ada buah pisang raja dan sedikit buah kelengkeng. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya saya pilih buah semangka potong (bukan buah semangka yang masih utuh).
Saya pun segera membayar. Tiga biji buah pir (pear) dan tiga buah apel serta satu potong buah semangka dengan harga Rp 62.000 (enam puluh dua ribu rupiah). Saya tidak tahu berapa berat setiap jenis buah. Saya juga tidak bertanya berapa harga per kilogram masing-masing buah itu. Saya tidak membeli per kilogram tetapi per biji.
Istri pesan 2 biji, saya belikan 3 biji untuk masing-masing buah yang diinginkan. Rasanya terlalu sedikit beli satu jenis buah hanya dua biji. Tidak sampai seminggu sudah akan habis.
Masuk Swalayan yang Sepi
Pada hari Senin (15/9/25) itu saya berkunjung pula ke toko swalayan langganan. Tujuan utama membeli shampo dan roti untuk camilan atau teman minum (teh/kopi) di rumah. Belanja kali ini memang untuk memenuhi kebutuhan sekunder. Bukan belanja kebutuhan pokok seperti beras dan minyak goreng.
Meskipun kebutuhan sekunder, shampo untuk keramas termasuk kebutuhan agak mendesak. Jika keramas tanpa shampo rasanya kurang nyaman. Rambut kepala (meskipun hanya sdikit) berbau kurang sedap jika tanpa diberi shampo.
Untuk roti (kue kering) memang termasuk kebutuhan sekunder. Minum kopi atau teh tanpa roti juga masih bisa. Namun, berhubung sudan menjadi kebiasaan, minum kopi/teh tanpa ditemani camilan, rasanya kurang lengkap.
Tiba di toko swalayan, tidak ada satu pun kendaraan yang sedang diparkir di depan toko swalayan itu. Hal itu menandakan toko dalam keadaan sepi pengunjung.
Dengan langkah santai saya mengambil keranjang belanjaan yang ada rodanya. Satu demi satu lorong saya lewati. Berhubung suasana sepi, saya dapat dengan laju melintas antarlorong. Bahkan, saya dapat balik kembali ke lorong sebelumnya tanpa hambatan.
Shampo yang saya cari sudah saya dapatkan. Kemudian, saya mengambil sikat gigi sepasang. Lain-lainnya saya mengambil roti kering dan roti siap makan (roti basah), termasuk camilan jenis kacang-kacangan.Â
Roti dan kacang-kacangan yang saya beli rata-rata dengan harga lima belas ribuan. Kemasan ukuran kecil/sedang yang saya pilih. Setelah merasa cukup, saya segera menuju kasir.
"Dibungkus pakai kardus atau plastik?"
Saya memilih dibungkus pakai kardus. Kardus praktis membawanya dan mudah didaur ulang. Jika bungkus menggunakan tas plastik, tentu perlu beberapa buah tas plastik yang akan menambah jumlah sampah.
Untuk membayar, saya memanfaatkan QRIS. Tidak perlu membuka dompet. Cukup menggunakan ponsel. Praktis dan hemat waktu.
Ada QR Code-nya sehingga saya tidak perlu mengetikkan angka-angka seperti saat membayar tagihan rekening di Kantor Pos. Setelah menerima bukti pembayaran (struk), saya menghela napas. Untuk camilan teman minum (kopi/teh) ternyata tidak sedikit uang yang harus dikeluarkan, yaitu Rp 237.500 (dua ratus tiga puluh tujuh ribu lima ratus rupiah).
Oh, ya itu sudah termasuk sepasang sikat gigi, dua kaleng susu cair, dan delapan  bungkus mi instan. Namanya juga berbelanja di toko swalayan. Mata tidak dapat berhenti melihat-lihat barang lain yang ada di dekat rak barang yang kita beli.
Jadi, total belanja di toko swalayan dan beli buah adalah Rp 237.500 ditambah Rp 62.000 sama dengan Rp 299.500 (dua ratus sembilan puluh sembilan ribu lima ratus rupiah). Hampir tiga ratus ribu rupiah. Hemat atau boros, ya?
Berbelanja Perlu Bawa Catatan
Sudah banyak pesan atau trik  berbelanja hemat. Salah satu trik yang sering disarankan adalah membawa catatan barang yang wajib dibeli. Selain barang yang ada dalam catatan, dilarang membeli yang lain. Itu adalah trik yang benar untuk belanja hemat.
Namun, fakta di lapangan bisa berbeda. Mata pembeli tidak dapat ditahan untuk tidak melihat barang-barang lain. Kedua, terkadang keinginan untuk membeli barang justru muncul pada saat sudah berada di dalam toko swalayan. Padahal, barang tersebut tidak tercantum dalam catatan daftar belanja.
Ada pula trik lain berbelanja dengan membawa uang kontan yang pas sesuai harga barang yang akan dibeli. Ini juga trik yang jitu untuk menghemat pengeluaran (belanja). Namun, saat ada barang yang harganya naik, tentu akan menjadi masalah. Perlu ada jenis barang lain yang (terpaksa) tidak dibeli.
Bagaimana trik Anda dalam berbelanja agar tidak boros?
Ditulis di Penajam, 16 September 2025Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI