Berburu Barongko Pisang di Pasar Takjil
Bukan pasar sembarang pasar, pasar takjil hanya ada satu tahun sekali. Boleh dikata pasar takjil adalah pasar dadakan. Para penjual pun bukan pedagang yang biasa berjualan di pasar tradisional. Ada sebagian remaja dan ibu rumah tangga yang mencari kesibukan (dan tambahan penghasilan) di sela-sela waktu dengan berjualan kue-kue basah khas Ramadan.
Wilayah Penajam di tempat kami tinggal selalu ada yang baru pada setiap tahun. Para penjual kue-kue tradisional di pasar takjil umumnya menyiapkan dagangannya sehabis zuhur.
Di pinggir-pinggir jalan poros, mereka menggelar dagangan dengan meja kecil dan tempat lain yang biasanya berupa lemari kaca mini, nampan, atau tempat kue yang praktis.
Pada hari Jumat (15/3/24) sehabis Asar, saya ingin mencari kue khas Sulawesi. Kue itu cukup enak, manis, bertekstur lembut, dan dibungkus daun pisang. Bahan utama kue tersebut adalah buah pisang.
Saya berkeliling dari dekat lapangan Gunung Seteleng, melewati Jalam AMD 1 di kilometer dua Penajam, kemudian belok ke kiri menuju arah perumahan kami lagi.
Justru di dekat pintu gerbang perumahan saya baru mendapatkan kue barongko yang cukup saya sukai. Sebagai orang tua yang sudah berumur enam puluh tahun lebih, kue barongko cocok di mulut. Tidak perlu berlama-lama mengunyah.
saya membeli sepuluh bungkus. Harga satu bungkus lima ribu rupiah. Saya merasa senang karena akan dapat menikmati kue itu pada saat berbuka puasa hari Jumat (15/324).
Dilihat sekilas bungus kue itu seperti botok makanan khas Jawa. Namun, setelah bungkus dibuka, kita akan baru mengetahui bahwa isi di dalam bukanlah botok tetapi barongko.
Untuk anak-anak yang belum memiliki gigi, kue barongko sangat cocok. Tidak perlu dikunyah dengan gigi. Cukup dikulum-kulum, kue akan lumat dan hancur di mulut.
Resep kue barongko bisa dibaca pada : resep-barongko-pisang-kudapan-manis-khas-bugis-makasar-
Penajam Paser Utara, 15 Maret 2024