Oleh: Bang Adi
Bagi SR (42 tahun), seorang driver ojek online di Makassar, akun Gojek bukan sekadar aplikasi. Di balik layar ponsel itu, ada nyawa istri dan dua anak yang harus ia beri makan. Namun harapan itu runtuh ketika akun Gojek-nya tiba-tiba tersuspend selama tujuh hari --- hanya karena salah paham dengan pelanggan.
"Saya ini cuma supir, Pak. Kalau akun saya disuspend begini... saya benar-benar nggak tahu besok mau kasih makan apa ke anak istri di rumah," ucap SR, dengan suara yang bergetar.
Sehari-hari, SR mengandalkan layanan GoCen (GoSend dan GoFood) untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Seperti banyak driver online lainnya, ia paham betul bahwa pekerjaannya bukan hanya soal mengantarkan makanan atau paket --- tetapi juga menghadapi berbagai macam karakter pelanggan.
"Ada yang baik banget, turun jemput makanan, kasih tip juga. Tapi ada juga yang merasa kita ini bawahan, seenaknya minta antar ke lantai empat tanpa lift, atau minta dibelikan tambahan di minimarket, bahkan ada juga yang uang tunainya kurang. Kita sabar saja, namanya cari nafkah," cerita SR.
Namun, masalah muncul saat sebuah pesanan terakhir membuat akun SR tersuspend. Ketika itu, pelanggan membayar tunai dengan uang Rp100 ribu. Sayangnya, SR yang belum menerima order tunai sebelumnya tidak memiliki uang kecil untuk kembalian.
Akibatnya, terjadilah cekcok. Pelanggan marah dan mencaci, karena harus repot mencari uang kecil. Meskipun begitu, SR memilih diam, menahan emosi, dan tetap menyelesaikan transaksi dengan sopan.
"Setelah dia bayar, saya pergi. Sama sekali saya nggak marah ke dia. Saya tahu, kerja begini ya harus kuat hati," katanya.
Namun malam harinya, notifikasi mengejutkan masuk ke aplikasinya. Gojek memberi peringatan, dan akunnya resmi tersuspend selama tujuh hari.
Bagi SR, ini bukan sekadar soal aplikasi atau ponsel. Ini soal bagaimana ia akan menghidupi keluarganya di hari-hari ke depan.
