Bismillah,
Aneh tapi nyata. Itulah fenomena yang terjadi di masyarakat dunia khususnya masyarakat di banyak daerah Indonesia pada era pandemik Covid 19. Kenapa aneh? Karena banyak kejadian yang di luar dari kebiasaan. Salah satunya adalah pembangunan Musholla Lubuk Langkap Darussalam Desa Air Nipis Bengkulu Selatan Bengkulu. Tulisan ini mencoba memaparkan hal itu.
Iya. Itulah yang terjadi pada pembangunan musholla Lubuk Langkap Darussalam. Mengapa? Karena semua proses komunikasi dan pengumpulan uang dilakukan melalui teknologi informasi menggunakan media sosial seperti whattsup, facebook, sms dan telepon. Adalah seorang Isman Masak, SPd guru di MtsN Sukanegeri bertindak sebagai kepala pembangunan musholla Lubuk Langkap Darussalam. Musholla ini dibangun untuk memberikan fasilitas yang sangat mereka perlukan pada saat ishoma yakni tempat ibadah.
Musholla ini juga dapat digunakan sebagai sarana menyalurkan uang para donatur di seluruh Indonesia bahkan manca negara yang ingin membangun rumah Allah secara bwrjemaah.
Sebagaimana dinyatakan swbelumnya bahwa musholla ini telah dibuatkan proposal Renana Anggaran Biaya (RAB). Dari segi waktu pelaksanaan diperkirakan perlu 60 hari kerja dan dari pembiayaan perlu dana sekitar Rp 54 juta rupiah.
 Dalam perjalanan rencana anggaran berubah menjadi 2 kali lipat, sedangkan waktu prlaksanaan juga berubah menjadi lebih dari 2 x waktu yang diperkirakan. Peningkatan RAB terjadi karena naiknya harga-harga, di samping tidak tercovernya bagian-bagian dalam pembangunan mushollah. Misalnya glassbox, microphon, penggunaan kayu untuk kerangka, pintu jendela dll, semua lebih banyak dari rencana semula.
Molornya waktu karena banyak hal. Selama pembangunan sering berlangsung hujan pada pagi dan sore hari. Ini jelas membuat pekerjaan tidak efektif dan tidak efisien.Â
Mengumpulkan uang secara daring
Menggunakan WA penulis dan panitia pembangunan musholla mengirim proposal pembanguhan ke mana-mana. Kadang dapat kadang tidak. Proposal itu dikirim kepada teman lama, mahasiswa, teman facebook, pejabat, pemuka agama, tajir, para perantau asal Lubuk Langkap dll. Tidak jarang kepada keluarga dekat ataupun jauh.
Kebanyakan para donatur tak tahu di mana Lubuk Langkap tapi karena meyakini bahwa uang yang dikirimkan akan digunakan secara baik dan benar. Mereka pun kirim lagi dan lagi. Penulis juga hanya meyakini apa yang dilakukan oleh panitia dan tukang. Secara berkala prnulis melaporkan perkembangan pembangunan musholla kepada para donatur maupun kepada calon donatur. Besarnya sumbangan tidak dibatasi. Terserah mereka.Â
Namun ada juga donatur yang menyumbang sebagai wakaf dia suami istri, ayah ibunya dan bapak ibu mertuanya. Inilah penyumbang terbesar yakni sekitar 50 persen dari akumulasu sumbangan para donatur lain. Setelah 8 hari dia mengirimkan sumbangan beliau dipanggil oleh Allah swt. Senoga almarhum senang di alam barzah.
Jayalah kita semua