Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Tertipu Dunia yang Hanyalah Permainan

21 September 2020   20:02 Diperbarui: 22 September 2020   04:01 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Kita sering tidak terima bahwa dunia ini hanyalah permainan. Karena banyak yang mengatakan bahwa dunia ini serius. Dunia ini harus diperjuangkan. Dunia ini harus mesti sukses. Tetapi sering kali ukuran sukses itu sangat bias. 

Mengapa? Karena ukuran sukses itu jika kita banyak harta. Ada juga yang ukuran suksesnya adalah jabatan yang tinggi, gelar yang banyak dsb. Tulisan ini mengupas jawaban pertanyaan apakah benar dunia ini hanyalah permainan belaka?

Apa kata quran? 

Banyak sekali ayat dalam alquran yang mengatakan bahwa dunia itu hanyalaj permaian belaka. Berikut adalah salah satu ayat alquran tentang hakekat dunia.

Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?" (Q.S. Al-An'am: 32).

Maka dari ayat di atas sangat jelas bahwa dunia ini hanyalah permainan belaka. Sedangkan akhirat adalah lebih baik dibanding dunia ini.

Untuk membuktikan bahwa dunia ini hanyalah permainan belaka  maka dapat kita ikuti sejumlah kenyataan berikut.

Pertama, dalam kehidupan sehari-hari kita sering terjebak kepada penggunaan waktu hanyalah unruk mencari harta, mengumpulkannya dan lalu membanggakannya.

Dalam proses pengumpulan harta itu terkadang kita lupa mana yang haram, mana yang halal. Dalam pengumpulan harta itu, sering kita melupakan kewajiban untuk mengerjakan shakat lima waktu, berzikir dan membaca alquran ataupun sedekah untuk membantu orang lain.

Dalam pengumpulan harta kita sering lupa apakah prosesnya itu menyakiti orang lain tidak. Sering upah para pekerja kita jauh di bawah upah ninimum regional. Sering kita mengupah orang lain sekehendak udel kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun