Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jadi Wong Cilik Seperti Petani Itu Mulia

23 Januari 2020   07:17 Diperbarui: 23 Januari 2020   07:26 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketiga, kemuliaan manusia itu terwujud dengan sendirinya jika manusia itu tidak sombong.  Terkadang kita menemukan manusia yang tidak sombong dalam bertindak dan bersikap. Ciri manusia yang yang tidak sombong itu adalah mereka selalu berdoa kepada Allah memohon perlindungan, pertolongan dan kasih sayangNya.

Kesombongan manusia dimulai ketika mereka tidak mengakui kenyataan bahwa di bumi ini semua mungkin dikerjakan, diperoleh dan didapatkan karena berkah Rahmat Allah SWT. Jika ada sikap ini pada diri kita maka kita secara otomatis menjadi manusia yang tidak tahu diriz tidak tahu balas Budi dan merupakan manusia yang lebih burruk dari hewan.

Keempat, kemuliaan manusia itu hanya ada dalam kesempurnaan agama. Tidak ada kesempurnaan karena harta, tahta, wanita dan benda-benda. Jika manusia merasa bahagia karena itu semua maka dia sedang berada dalam kebahagiaan yang palsu.

Kebahagiaan yang sesungguhnya adalah kebahagiaan yang timbul karena ketaatan kepada Allah dengan cara rasulullah. Rasulullah itu selalu melakukan empat perkara yakni dia selalu silaturrahim, selalu berada di dalam majlis taklim, selalu ibadah zikir dan doa serta nabi selalu membantu orang lain yang membutuhkan. Ada banyak hal kita umat nabi tidak mampu meniru junjungan kita nabi Muhammad Saw.

Pertama, kita tidak selalu bisa khusuk dalam shalat.

Kedua, kita tidak melayani orang lain dengan kasih sayang.


Ketiga, kita tidak menganggap hidup kita setiap hari sebagai hari terakhir.

Keempat, kita masih suka menumpuk harta. Tumpuk sana tumpuk sini.

Kelima, kita masih tidak sungguh sungguh dan sabar dan semua urusan.

Keenam, kita tidak pernah luput dari sifat mubasir. Dalam makan kita berlebih, dalam berpakaian kita berlebih, dalam perabot rumah tangga kita masih menyimpan yang tidak perlu dan lain sebagainya.

Semoga selamatlah kita semua.

Palembang, 23.1.2020

Alfakir,

Supli Effendi Rahim

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun