Mohon tunggu...
Supli rahim
Supli rahim Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Orang biasa yang ingin mengajak masuk surga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peran Ibu pada Karakter Anak-anaknya

4 Mei 2022   18:10 Diperbarui: 4 Mei 2022   20:56 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Penulis adalah salah seorang anak dari seorang ibu. Ibu penulis tak sekolah tinggi. Dia hanya tamat sekolah SR sampai kelas 3. Aneh bin ajaib semua anaknya tamat SMA ke atas bahkan ada yang berpendidikan hingga pasca sarjana. 

Cucu cucunya banyak dansemua terpelajar. Tulisan ini mengungkapkan peran ibu secara genetis dan agamis membentuk watak anak dan cucunya.

Ibuku sumber pintarku

Jika saja penulis mengklaim seorang orang pintar dan cerdas itu bukan karena dia rajin belajar dan atau lainnya. Yang nyata adalah penulis banyak jadi pintar dan cerdas karena didikan ibu penulis. 

Banyak nasehat, petuah dan arahan ibu sudah penulis terima sejak dalam kandungan, dalam buaian, masih kecil hingga dewasa. Bahkan hingga kini ibu penulis terus menerus mendoakan penulis  dan keluarganya agar sukses dan mulia, dunia dan akhirat.

Sejak kecil penulis ingat betul bagaimana ibu menggembeleng kami adik beradik untuk mempunyai peran dalam melayani keluarga. 

Penulis jika pulang kampung bertanggung jawab untuk menyiapkan makanan berupa  masakan enak untuk keluarga. Penulis diminta memotong ayam jago lalu memasaknya. 

Adik lain mencuci piring. Jika tak ada sayur maka penulis diminta mencari ikan di sungai dengan menjala. 

Ibu dan adik menyiapkan nasi dan kuah gulai yang menunggu penulis menangkap ikan di sungai.

Ibu mengajarkan dengan penugasan

Ibu sangat pandai menempah karakter  penulis dan adik-adik penulis melalui penugasan pelayanan. Ibu seakan mengajari penulis bahwa kalian itu jadi orang karena ada orang yang berkorban untuk kalian. Kalian tidak jadi orang secara otomatis karena nasib kalian baik. Ketahuilah bahwa untuk satu kali makan saja banyak orang yang dilibatkan, banyak orang yang ambil bagian. 

Pada suatu kesempatan ibu penulis mengundang dan menjamu pasangan pengantin ke rumah kami. Itulah yang disebut pantauan. Ini merupakan doa agar suatu saat anak-anaknya juga dapat jodoh yang cantik untuk anaknya yang lelaki dan dapat jodoh yang ganteng dan baik hati untuk anaknya yang perempuan. Di sini peran doa ibu untuk anak-anaknya.

Sisa makanan pengantin dikasihkan kepada anak-anaknya. Terpatri dalam ingatan kami sebuah pesan dan doa ibu untuk anak-anaknya.

Ibu mengajari tanpa akhir

Seorang ibu termasuk ibu penulis selalu siap memberi masukkan pada penulis dan adik adiknya diminta atau tidak. Penulis menyikapi nasehatnya dengan seksama sembari memetik kebaikan dari nasehatnya. Diam tanpa komen sampai dia selesai memberi nasehat. Setelah itu penulis berusaha memberi penjelasan walau sedikit. Terkadang dia bilang minta maaf. Penulis memuji nasehatnya dan berterima kasih. Penulis selalu memohon maaf dan ridho krpada ibu baik secara offline maupun secara online. Sampai ibu menyatakan dia ridha pada penulis.

 Berterima kasih selalu

Penulis alhamdulillah selalu menelpon ibu untuk memohon ridhanya. Selalu berterima kasih karena telah melahirkan, telah memelihara, membesarkan dan menyekolahkan penulis. Penulis juga selalu memohon maaf kepadanya jika ada kesalahan penulis sejak kecil. Tetapi sebaliknya sering dia berterima kasih, memohon maaf kepada penulis. Kenapa? Karena sering mengirim uang selalu padanya melalui rekening adik walau bukan awal bulan atau akhir bulan. Dia sering berkata bahwa uangnya banyak dan keperluannya juga terbatas. Penulis meminta dia rajin sedekah. Sedekah itu penting kata penulis untuk teman kita di dalam kubur. Oh begitu ya, kata ibu penulis suatu waktu. Bertanya tentang bagaimana dia kenal ayah, bagaimana kebaikan ayah yang sudah almarhum merupakan tips khusus menyenangkan ibu yang tidak ada dalam pelajaran di bangku sekolah. Sungguh membuat dia senang dan bangga pada suaminya. Tak ada lagi orang yang dibanggakan di dunia ini selain ayah, ibu dan suaminya. Suatu pelajaran berharga bagi penulis mempunyai ibu yang taat dan bijak. Ibuku adalah sumber inspirasiku. Aku bangga padanya.

Jayalah kita semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun