Mohon tunggu...
Supiyandi
Supiyandi Mohon Tunggu... Freelancer - IG: @supiyandi771

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pertanian Indonesia di Era 4.0

30 Agustus 2019   20:49 Diperbarui: 30 Agustus 2019   20:49 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Smart Farming Sumber: Akarat Phasura

Indonesia adalah Negara berkembang yang dalam pengembangan ekonominya masih banyak membutuhkan kegiatan ekonomi yang padat karya terutama di sektor pertanian. Beda halnya dengan Negara maju yang sudah beralih ke idustri padat modal dalam mengembangkan ekonominya. 

Perlu dikombinasikan permasalahan ini untuk pengembangan ekonomi di Indonesia terutama disektor pertanian karena dalam proses adaptasinya akan menyebabkan pengangguran dan peralihan minat profesi generasi muda yang lebih suka kerja dikantor dibanding mencangkul sawah atau menggarap kebun. 

Sehingga jika tidak dilakukan dengan strategi yang jitu masa depan pertanian Indoensia akan kelam kedepannya dan cita-cita swasembada itu hanya anggan-angan. Terkait mencangkul sawah atau menggarap lahan itu mungkin istilah kuno yang harus kita rubah terutama jika kita menggunakan metode lama yang tidak efisien dan efektif. 

Sekarang kita rubah, anak muda harus memanfaatkan lahan seminimal mungkin dengan mengedepankan hasil yang semaksimal mungkin untuk mencukupi kebutuhan pasar sehingga konsep berfikir dari subsistem tadi beralih ke konsep berfikir industri dengan mengadopsi smart farming.

Masalah yang sering ditemui dibidang pertanian dalam prose adaptasi revolusi industri 4.0 adalah masalah kearifan lokal yang perlu kita jaga agar tetap tidak tergerus. Sebagai contoh Negara Jepang yang berhasil dalam menerapkan itu. 

Dalam menghadapi revolusi industri 4.0 dibidang pertanian tentu kita tidak boleh anti dengan apa itu revolusi industri 4.0 dan juga apa itu kearifan lokal atau cara tradisional yang kita tau. Seharusnya kita lakukan adalah mengkombinasikan keduanya sehingga kearifan lokal tetap terjaga dan kita juga beradaptasi dengan perkembangan zaman terutama mengadopsi yang terdapat dalam revolusi 4.0. 

Seharusnya juga kita lakukan adalah memaksimalkan keduanya, karena begitu banyak sumber daya lokal yang bias kita berdayakan potensinya untuk mengembangkan pembangunan pertanian kita lewat perkembangan industri 4.0 dengan tetap mempertahankan kearifan lokal. Tinggal lagi kita harus jujur pada diri sendiri, untuk beralih kesana kita harus menjadi generasi yang cerdas dan terbuka terutama pada perkembangan zaman dan teknologi.

Jika kita berkaca pada World Growth Initiative, tiga skil teratas yang relevan di industry 4.0 ini yang harus dimiliki adalah pada bidang complex problem solving, critical thingking, dan creativity. Tiga skil itu tidak ada yang bisa ditawarkan lagi harus dimiliki terutama pada generasi milenial. 

Penting untuk dibuat master plan yang jelas dan strategis untuk menyiasati masa depan pertanian Indoensia di era revolusi industri 4.0 ini terutama penyiapan sumber daya manusia yang mampu berkompetisi nantinya. Jika manusianya sudah mampu berkompetisi kita pasti sudah yakin produk yang kita hasilkan pasti juga mampu bersaing dengan Negara-negara maju. 

Semua produk pertanian kita nantinya akan menjadi produk unggulan kelas dunia karena mengadopsi dan mengkombinasi kearifan lokal dan industri 4.0. Ciri khas pertanian Indonesia akan tetap terjaga dengan strategi proteksi kearifan lokal yang diterapkan.  Pada akhirnya cita-cita swasembada di bidang pertanian itu adalah suatu kenyataan yang akan kita terima dimasa yang akan dating yang telah menjadi harapan kita bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun