Mohon tunggu...
Fikr Abdillah
Fikr Abdillah Mohon Tunggu... lainnya -

Tak Harap DiPuji,Tak Takut DiCaci,.....

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Thomas and Uber.

24 Mei 2012   03:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:54 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Tim Thomas dan Uber Gagal Lagi, Gagal Lagi !!!

“Kita terpuruk kian dalam,” begitulah headlines salah satu media cetak nasional membahas soal kegagalan memalukan Tim Bulutangkis kita pada gelaran Thomas dan Uber kali ini, inilah prestasi terburuk yang dialami tim Bulutangkis kita, gagal Total, Hancur lebur berantakan. Gagal dan terus gagal dalam satu dasawarsa ini menjadi sebuah tradisi buruk yang tidak segera kunjung usai.

Tak hanya sepakbola, nampaknya kekuatan bulu tangkis dunia sudah merata, muka-muka lama tim kita ternyata sudah mulai tertinggal prestasinya. China tak lagi menjadi hegemoni, Malaysia tak lagi menjadi tetangga pengusik prestasi negeri, ada Korea dengan kecepatan dan stamina luar biasa, ada Jepang yang begitu a lot dan mempunyai semangat tak kenal lelah, ada pula denmark yang terkadang menjadi batu sandungan, dan bahkan India yang seolah sepele tapi bisa berbahaya. Dan masih banyak negara lainnya yang begitu pesat perkembangan bulutangkisnya. Sudah saatnya kita sadar tak tersilaukan prestasi masa lampau!!!

Berkaitan dengan masa lampau barangkali masih ingat benar kala Hendrawan menjadi kunci kemengan Tim Thomas Indonesia meraih juara, masih teringat jelas diingatan saya kala itu betapi Hendrawan membuat jantung berdebar kencang bagi Jutaan Bangsa Indonesia, dengan format lama sebelum rally point digencarkan, Hendrawan mampu Bertahan dan mampu menjadikan segala potensi diri dan dalam pertandingan menjadi sumber kemenangan, angka yang bertambah perpindahan bola yang menghentikan sejenak langkah lawan bertambah poinnya, menjadi titik kunci bagaimana Hendrawan bisa mengelola segenap kekuatan yang dia punya, inilah sistim poin lama, sebelum Sistem Rally Pon diberlakukan Indonesia mampu disegani oleh dunia perbulutangkisan bahkan oleh China, namun sekarang apalah daya.

Sistem Poin Format Lama Vs Rally Point.
Menurut analisis saya format rally tidak cocok dengan kekuatan Indonesia, banyak pemain kita bukan tipikal fast, continues, and consistence, tipikal pemain kita lebih mengandalkan tempo dan bagaimana membuat lawan terkuras. Nah sebenarnya strategi ini sudah usang untuk digunakan. Menurut saya sebagai orang awam, strategi yang pas dengan Rally Poin ialah dengan UltraAttacking sepanjang laga, never Stop Attacking bikin lawa gentar dan mati kutu dengan kata lain habisi lawan setiap kali shuttlekok dimainkan. Yang menjadi masalah disini tentunya ialah stamina, tekhnik, dan bagaimana setiap pemain mempunyai “SENJATA ANDALAN” yaitu sebuah pukulan yang memang efektif untuk menghabisi lawan. Kuncinya disini menurut saya ialah deliberate practice yang disesuaikan dengan kemampuan tekhnis yang paling menonjol yang dimiliki oleh setiap pemain dan kemudian bagaimana memaksimalkan segenap potensi dan kemampuannya itu. Sehingga pada akhirnya setiap Pemain Punya Senjata andalan masing-masing layaknya Haryanto Arbi dengan Smash ratusan voltnya, atau King dengan Jumping Smash andalannya, atupun Tsubasa dengan Tendangan langsungnya.

Yang terakhir tak hanya sepakbola Indonesia yang harus berbenah, PBSI pun sedemikian rupa ada PR Rutin yang harus dicapai Tradisi Emas dan Tradisi Thomas dan menguber Uber sampai dapat, bahkan Sudirman dan All England berada digenggaman.

Pembinaan usia dini di dunia bulu tangkis tampak lebih tertata, dengan banyaknya sponshor yang ada. Jangan biarkan ini menjadi sia-sia karena saya yakin, tak lama lagi Badminton Indonesia akan kembali menjadi raja dunia, tanpa harus menyalahkan system poinnya tapi terus berlatih perbaiki diri tanpa pernah berhenti..

Winner Never Quit, Quit Never Winner……Champions is you INDONESIA!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun