Bila kini publik meminta agar Milla dipertahankan dengan alasan adanya kemajuan timnas sejak dipegang Milla. Lalu, menangani tim bukan instan, barangkali dalam hal ini ada paradigma yang kurang tepat.
Dikontraknya Milla menangani timnas U-23 dengan target berpretasi di SEA Games dan Asian Games, memang itu sudah tugas dan kewajiban Milla untuk membuktikan dapat mengantar timnas meraih prestasi sesuai dengan bunyi kontraknya. Milla bukan dikontrak PSSI untuk menaangani tim sekalas Sekolah Sepakbola (SSB) atau Akademi Sepakbola (AS).Â
Kalau  Milla dikontrak untuk menangani tim SSB atau AS, maka karena tajuknya adalah pembinaan, maka tidak perlu dipikirkan untuk bertanggungjawab mengantar meraih prestasi. Ini, Milla dikontrak menangani timnas untuk dapat besaing prestasi dengan negara Asia Tenggara dan Asia. Kontraknya jelas. Milla harus dapat membuktikan timnas dapat meraih prestasi sesuai durasi kontrak.
Jadi, bila publik berharap Milla tetap menangani timnas, maka harus jelas dikontrak untuk sebuah pembinaan atau dikontrak untuk mengantar timnas berprestasi. Siapa bilang untuk meraih presatasi bisa dengan mudah dan instan? Durasi kontrak Milla memang untuk target meraih prestasi, jadi bila dalam kurun waktu kontrak Milla tak dapat mempersembakan prestasi, maka Milla gagal sesuai dengan profesionalitasnya.Â
Untuk itu, bagi segenap publik sepakbola nasional, bersabarlah. Mempertahankan dan menambah kembali durasi kontrak terhadap Milla banayk yang perlu dipertimbangkan. Di antaranya, Aspek finansial PSSI apakah mampu? Sementara pertimbangan lain, dari durasi kontrak yang sudah berlaku, apapun warna yang sudah ditorehkan Milla kepada timnas U-23, secara tolok ukur perjanjian kontrak, Milla terbukti gagal.
Barangkali, perlu juga dipikirkan dan menjadi bahan pertimbangan, timnas U-16 ternyata dapat merengkuh juara dengan pelatih lokal. Meski para peman timnas U-16 adalah dalam ranah umur pembinaan, bukan prestasi, namun karena sudah turnamen antar negara, maka prestasi pun menjadi tujuan. Benar saja akhirnya timnas U-16 meraih prestasi, padahal masih  usia pembinaan. Mengapa? Karena sudah masuk ranah wibawa bangsa dan negara.
Setelah kegagalan ini, dengan atau tanpa Milla, Sepakbola nasional  tetap harus bangkit. Masih ada Piala Asia U-16 dan U-19. Lalu, Piala AFF 2018.
Sekali lagi, terima kasih Luis Milla. Selamat belajar lagi pemain U-23. Kalian sudah hebat, tapi asahlah selalu sektor intelektualitas kalian agar dapat bersaing di tingkat Asia dan Dunia. Pemain tingkat dunia itu karena cerdas, maka bisa licik demi memenangi laga dengan halalkan segala cara. Toh wasit membiarkan saja dengan garansi tambahan waktu.
Mari di sisa laga sepakbola Asian Games, kita menjadi penonton yang baik, mungkin melalui siaran televisi.Â
Ayo bangkit lagi sepakbola Indonesia. Amin.