Mohon tunggu...
Suparjo Ramalan
Suparjo Ramalan Mohon Tunggu... Jurnalis - Kerja Keras & Kerja Cerdas

Hidup bukan kanebo kering. Selow aja bro !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Garap-garap Proyek Jadi Tren di Kalangan Aktivis Kampus

1 Juli 2019   09:50 Diperbarui: 1 Juli 2019   09:53 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Nah, di sini poin pentingnya kedua tawaran itu. Jadi, setiap masa aksi atau peserta seminar yang ikut terlibat akan di bayar. Dan tugas saya adalah mengakomodir sebanyak mungkin mahasiswa plus menyediakan tempat buat kelangsungan acara.

Andai kata ni ya, sekali lagi, ANDAI KATA, saya menerima tawaran itu dan setiap per kepala akan dibayar lebih kecil atau tidak sesuai (misalkan, Rp 50.000 per kepala) dengan bayaran yang seharusnya (misalkan, Rp 100.000 per kepala), otomatis saya akan dapat sekian persen dari dana operasional kegiatan itu. Tentu, ini tergantung seberapa banyak peserta yang saya targetkan. Istilahnya, makin banyak orang, semakin banyak duit yang saya kantongi.

Belum lagi honor yang harus saya terima - di luar  akal-akalan biaya peserta - dari pihak yang punya acara.

Enak toh rasanya ? Wong tanpa harus saya susah paya buat bazar atau jualan ini dan itu buat biaya kegiatan organisasi. Tawaran itu, malah tinggal ngundang orang jutaan duit bisa masuk di kas organisasi atau masuk di kantong pribadi saya. Emejing sekali, bukan ?  

***

Emang, nggak bisa dinafikan sih, perkara garap-garap proyek menjadi tren di kalangan aktivis kampus belakangan ini. Entah, sejak kapan tren itu bermula, saya nggak tahu ? Yang jelas gejala itu saya pahami sejak saya terlibat aktif di salah satu organ ekstra kampus.

Lebih-lebih, semenjak status saya sebagai keanggotaan baru (istilahnya, kader yang masih polos gitu), sudah kesekian kali saya menjadi peserta aktif dalam proyek-proyek serupa yang digelar oleh orang yang berbeda-beda pula. Saat itu, pikir saya, menghadiri gelaran acara demikian adalah bagian dari cara saya berorganisasi.

"Kita nggak boleh alergi dengan pemerintah. Kritik boleh saja, tapi pemerintah itu harus dijadikan mitra kerja organisasi."  Sabda salah satu senior saya. 

Baiklah, patut saya jelasin dulu. Yang namanya garap-garap proyek itu bukan konstruksi mega proyek atau pembagunan secara fisik ya, kata proyek di sini bisa kita pahami sebagai kegiatan titipan. Ko kegiatan titipan sih ?.

Emang iya, perumpamaannya begini; si fulan adalah aktivis, si fulan punya kenalan si A, dan si A punya kenalan si B, kebetulan si B kerjanya di salah satu Kementrian. Nah, kebetulan juga Kementrian tersebut masih punya anggaran dari APBN yang membludak. Dari pada harus dikembalikan lagi ke kas negara, maka dibuat seminar atau acara apalah itu yang nota bene harus melibatkan mahasiswa.

Nah, di karenakan ada kenalan-kenalan tadi, singkat cerita, si fulan sebagai aktivis itu bersedia atau nggak bersedia, biasanya menjadi pelaksana seminar sekaligus merekrut peserta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun